Friday, June 22, 2018

Cerita Ngentot Waktu Pacar Ultah

Cerita Ngentot Waktu Pacar Ultah
Cerita Ngentot Waktu Pacar Ultah
 Pada suatu hari di kantorku, ketika aku sedang tidak begitu ada kerjaan, tiba-tiba aku teringat kalau 2 hari lagi adalah ultahnya Dinda. Wah, kayaknya perlu diberi kejutan nih selama 2 hari 2 malam di hari jadinya. Di otakku langsung saja terbayang hal-hal yang berbau seksual. Kupikir aku perlu ambil cuti 2 hari nanti, begitu juga Dinda. Lebih baik kutelpon dia sekarang.

“Halo, selamat siang, bisa bicara dengan Dinda”
Tak lama kemudian, “Halo Tino sayang, ada apa nih”, Dinda bermanja-manja padaku.
“Enggak ada apa-apa, cuma pengen ngajak kamu keluar makan siang nanti, bisa enggak nih”, tanyaku.
“Oh kalau itu sih pasti bisa, kemana nih”
“bagaimana kalau di kantin deket kantor kamu, oke??”
“Oke boss, saya tunggu yah, awas, jangan sampe telat!”, sambil ketawa-ketawa.
“Bye” lalu Dinda menutup teleponnya.
Lalu aku pun kembali bekerja, tapi di kepalaku sedang terbayangkan kira-kira apa yang bakal aku belikan buat dia nanti. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.35. Wah, aku harus cabut nih, tak boleh telat. Untung boss sedang keluar kantor, jadi aku tak perlu minta ijin dulu.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Akhirnya sampailah aku di kawasan perkantoran di daerah Sudirman. Setelah parkir, buru buru aku pergi ke kantin yang sudah dijanjikan. Kulihat Dinda melambaikan tangannya dari jauh.
“Hai Vin!” Kami lalu mencari tempat makan yang sepi, namanya juga berduaan, mana enak makan di tempat yang rame banget. Setelah memesan makanan dan duduk di pojokan, lalu akupun berkata
“Eh, Yu, di kantor kamu lagi banyak kerjaan nggak”
“Emangnya kenapa” Dinda terlihat penasaran
“kalau enggak sibuk, bagaimana kalau kamu minta cuti sama boss kamu selama 2 hari mulai tgl 12”
“Buat apa Vin, apa kamu sedang merencanakan sesuatu?”
“Sesuatu yang akan membuat kamu tergila-gila”
“Apa tuhh”
“Tunggu aja tanggal mainnya sayang” sambil kucubit lembut pipinya.

Selesai makan, kuantar Dinda ke kantornya, lalu akupun balik ke kantorku dan menyelesaikan pekerjaanku. Kira-kira 2 jam kemudian, Dinda menelepon.
“Halo Vin, saya udah ngomong sama bossa” katanya dengan suara lemas.
“Lalu apa katanya” tanyaku penasaran.
“Saya tidak dapet cuti 2 hari”
“Yah payah boss kamu, Yu. Kalau begitu nanti saya culik kamu pas harinya”
“Nah, kabar baiknya, saya dikasih cuti 3 hari, ha ha ha, kena kamu”, Dinda tertawa terbahak-bahak.
“Hey, dasar kurang ajar kamu, dasar setan cantik, ngerjain orang aja bisanya”
“Biarin, daripada kamu setan jelek”
“Yah udah, entar surprisenya kagak jadi deh”
“Jangan ngambek dong sayang, setan cantik khan cuma bercanda”
“Yah udah, 2 hari lagi saya ke tempat kamu abis pulang kerja”
“Oke deh, kutunggu dikau nanti, bye bye sayang”
“Bye bye” “klik”, lalu aku menemui bossku untuk minta cuti, dan untungnya dapet juga, mumpung bossku mood-nya lagi bagus hari ini.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Tak terasa, 3 hari pun berlalu. Sepulang kerja, kujemput Dinda di kantornya, lalu kami pergi ke supermarket untuk membeli makanan selama 3 hari, soalnya kami merencanakan untuk tidak kemana-mana selama liburan. Tidak lupa aku membeli madu 1 botol.
“Lho Vin, buat apa beli gituan” Dinda menatapku dengan heran.
“Itu bagian dari surprise tersebut, tunggu aja, yang pasti kamu bakalan merem melek nantinya” kataku mantap.
“Wah, saya jadi penasaran nih sama surprise kamu”
“Just wait ‘n see, honey” Selesai belanja lalu kami bergegas menuju apartemen Dinda.

Sesampainya di apartemen, aku langsung menarik Dinda menuju kamar mandi.
“Sabar dong boss, kayak enggak ada hari esok aja” katanya manja.
“Ultah kamu khan hari ini, so pasti memang tidak ada hari esok” kataku sambil melepas bajunya satu persatu.

Setelah ia bugil total, lalu kujilat buah dadanya, mulai dari putingnya ke dasarnya. Kuhisap-hisap putingnya dengan lembut.
“Ooohh Vin, enak sekali, teruss” desah Dinda
Ketika Dinda ingin membuka bajuku, kutahan tangannya.
“Sayang, buka dong, nggak adil nih”
Lalu kulepaskan semua pakaianku sehingga terlihat senjataku mengacung sangat tegak, ketika Dinda ingin meraihnya, kukatakan padanya,
“Say, jangan dulu, hari ini kamu akan menjadi ratu, biarkan daku melayanimu sampai puas”
Setelah itu, lalu kubasahi seluruh badannya, dan kusabun seluruh lekuk tubuhnya, tak lupa buah dadanya kuremas lembut lebih lama. Kuputar-putar putingnya, Dinda hanya bisa mendesah nikmat. Lama juga aku bermain di dadanya, kira-kira ada 15 menit. Setelah itu tanganku mulai turun ke selangkangannya. Kumainkan klitorisnya, Dinda semakin mengerang hebat.
“Toonn, teerruss, teruss, auughh, enak sekali, terruss”
“Vin, masukin dong penis kamu, saya udah gak tahan nihh”
“Oh, yang itu nanti sayang, sabar aja”
“Tapi saya pengen banget nih, oohh”
“Sabar aja, pokoknya hari ini kamu jadi ratuku, Aku bakalan membuat kamu orgasme ratusan kali selama 3 hari ini”
“Saayy, tulang saya bisa copot nih orgy ratusan kali”
“Biarin, salah sendiri punya body seksi sekali”
“Ahh aahh aahh, seesstt, guaa kayaknya pengen nyampe nih sayy” Dinda meracau tak menentu.
Kupercepat gerakan jariku memainkan klitorisnya, sementara jariku yang lain sedang dihisap-hisapnya seolah-olah ia sedang menghisap penisku.
“Aaarrgghh, I’m comminngg, honey, commiingg, commiingg, ohh”
Pinggulnya bergerak maju mundur sementara badannya melengkung kaku ke belakang, sepertinya Dinda sangat menikmatinya.
“Vin, tadi rasanya enak sekali seolah olah kamu lagi meng-onani vagina saya, ohh” Dinda mendesah pelan.
“Oh, itu masih belum apa-apa, nanti masih ada lagi yang lebih hebat sayy ” kataku sambil meremas-remas buah dadanya.
“Wah, mati aku deh, bisa bisa nanti kagak bisa kerja”

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Kubilas tubuhnya dari busa yg masih melekat, terutama di bagian vaginanya karena banyak sekali cairannya yang mengalir keluar. Setelah tubuh Dinda bersih, lalu akupun mulai menyabuni diriku sendiri. Tapi tanpa kusadari tiba-tiba Dinda memelukku dari belakang dengan kuat lalu satu tangannya menangkap penisku.
“Eh kenapa say, kan saya bilang nanti” sambil aku melawan sedikit.
“Khan hari ini ultahku, kamu mesti nurut sama saya, kalau kamu bisa bikin saya orgy ratusan kali, saya juga mesti sedot sperma kamu sampai habis, baru adil” kata Dinda sambil menyeringai manis.
“Ya udah deh, saya nyerah sama ratuku, tapi bilas dulu dong sabunnya”

Lalu Dinda membersihkan sabun terutama di sekitar penisku, lalu ia mulai mengocok-ngocok dan memainkan penisku, kadang pelan kadang cepat, ia mengocok sambil matanya menatapku dan tersenyum manis sekali.
“Bagaimana sayang, enak khan seperti ini?” Dinda tersenyum manis sekali
“Ohh, aduuh, enak sekali sayang, ohh, uhh, wajah kamu maniss sekali sayangku” kataku sambil menahan rasa nikmat yang tidak terkira.
“Saayy, ganti dong pake mulut kamu”
Lalu dia dekatkan kepalanya, dan dijulurkan lidahnya. Kepala batang kejantananku dijilatinya perlahan, seolah olah sedang menjilati es krim. Lidahnya mengitari kepala senjata meriam aku. Semilyard dollar.. rasanya.. wow.. enak sekali. Aku hanya bisa merem melek menikmatinya sambil bersandar di bath tub. Lalu dikulumnya batang kejantananku. Aku melihat mulutnya sampai penuh rasanya, tetapi belum seluruhnya tenggelam di dalam mulutnya yang mungil. Bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Dinda memasukkan dan mengeluarkan kejantananku dari dalam mulutnya berulang-ulang, naik-turun. Gesekan-gesekan antara kemaluanku dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi diriku.
“Auuh.. aahh..” akhirnya aku sudah tidak tahan lagi.
Batang kemaluanku menyemprotkan sperma kental berwarna putih ke dalam mulutnya. Bagai kehausan, Dinda meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja sudah keluar.” Dinda meledek aku yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.
“Yu.., saya.. udah 3 hari nih.. tidak bercumbu dengan kamu..” jawabku terengah-engah.
“Tapi lumayan banyak juga sperma kamu, kayaknya boleh nih tiap 3 hari saya isep penis kamu, biar saya tambah awet muda” katanya tanpa melepas pegangannya dari penisku.
“Whatever you want, my queen” kataku sambil mencium bibirnya.
Lalu Dinda mulai menyabuni seluruh tubuhku, terutama di sekitar penisku agak lama, sehingga mau tidak mau penisku bangun lagi. Dinda mulai memainkannya lagi. Tapi aku tidak mau keluar lagi, jadi harus kustop dia.
“Eh, Yu, stop dulu, entar saya keluar lagi nih” kataku sambil menahan nikmat.
“Biarin aja, salah sendiri kenapa penis kamu gampang terangsang” katanya sambil tertawa.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Lalu ia melanjutkan menyabuniku, setelah itu ia membilas tubuhku, oh rasanya segar sekali, nikmat sekali rasanya dimandikan oleh pacarku ini, sesekali ia menjilat-jilat kepala penisku, sesekali ia menghisapnya, sambil matanya menatapku, oh manis sekali wajahnya. Selesai itu, aku mengambil handuk mengelap seluruh tubuhku dan tubuhnya, tak lupa aku melakukan gerakan memijat ketika sedang mengelap buah dadanya, ia hanya bisa merem melek sambil mulutnya megap-megap Lalu kutarik dia ke kamarnya, kuambil selimut baru lalu kugelar di atas lantainya. Kulihat Dinda sepertinya penasaran dengan tindakanku ini.
“Lho Vin, ngapain kamu”
“Ini surprisenya, sayang, nah sekarang kamu baring aja di atas selimut, saya ambil madu dulu”
“Wah kayaknya saya bakalan orgy gila-gilaan nih”
“Iya say, tunggu aja” teriakku sambil mengambil madu dari kulkasnya.

Sekembalinya ke kamar, kulihat Dinda masih berbaring, lalu aku duduk di atas pahanya, kubuka botol madu lalu kutuang di atas badannya, kulihat dia terkejut sedikit, mungkin akibat dinginnya madu tersebut, kugosok-gosok madu tersebut di seluruh tubuhnya, terutama di buah dadanya.
“Aaahh.. Vin.. sshhss..” erang si Dinda ketika kuusap-usap permukaan dadanya rata terbungkus madu kecuali putingnya.
“Sshh.. teruss.. vin ciumin dong..” Dia menggigit bibirnya sendiri.
Wah, ternyata dia suka surprisenya, aku cium putingnya sambil memainkan lidahku melilit-lilit puting merah muda itu, kemudian kugigit manja.
“Aahh.. sshhss.. aku mao keluar Vin.. sshshh bagaimana nih..” erangnya.
Segera kugosokkan madu ke arah paha dalamnya secara perlahan terus sampai mendekati daerah lipatan yang sangat hangat itu.
“Ahh.. sshshs.. Vin.. jilat dong.. udah nggak tahan nih.. ss..” lirihnya.
“Sshh hmm.. kok diam.. please..” rengek Dinda.
“Tunggu ya..” jawabku.

Kemudian segera kujilati lubang kemaluannya sambil mengusap-usap payudaranya, dan mulai kujilati bibir luar vaginanya
“Ahh.. Vin.. terus sshh.. kamu.. di situ.. sshh,” erangnya.
Dengan lidah kukait-kait klitorisnya sambil kutelusuri garis bibir vaginanya. Sambil menggoyangkan pinggulnya kiri-kanan Dinda berkata,
“Yess.. di situ.. ahh.. sshs..” katanya ketika mulai kuhisap dan menjilati klitorisnya.
Setelah membesar, aku tusuk-tusukkan lidahku di liang senggamanya tetapi tak kuduga reaksinya.
“Aahh.. shshshsh mmhh ss.. teruss hhmm,” Dinda menggelinjang-gelinjang sambil memaju-mundurkan pinggulnya, vaginanya seolah-olah merebut lidahku untuk masuk lebih dalam kerongga nikmat itu, sementara batang kemaluanku sudah merah padam dari tadi ingin segera menggantikan lidahku.
“Ahh.. teruuss.. teruuss.. lebih cepaat.. ssh..” gelinjang Dinda semakin cepat.
“Shshss.. aku hampiirr.. shshh.. mmyamyam memem.. ss,” suaranya semakin kacau.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Pantatnya semakin cepat mengocok lidahku, sehingga selimut di lantai itu berantakan. Ketika gerakan lubang kemaluannya makin rutin, segera kuhentikan dan kutarik lidahku, terlihat alis si Dinda mengkerut seperti sedang bertanya-tanya, sementara dadanya masih naik-turun dengan cepat. Tanpa menunggu lebih lama lagi, secepatnya kuposisikan kepala penisku ke lubang hangat dan basah itu.
“Ahh.. sshsh mm..” erang manja si Dinda. Memang penisku tidak terlalu besar, hanya kepalanya agak besar dan melengkung ke atas seperti terompet tapi panjang.

Badan Dinda menjadi kaku seakan menantikan sesuatu
“Rileks sayang.. sebentar kita lanjutkan perasaanmu,” bisikku.
Kemudian kudorong perlahan kepala penisku. Setelah kepala penisku masuk, secara bertahap kudorong batangku agak dalam, kutarik lagi sedikit, dorong lebih dalam, tarik sedikit, sampai.. “Bluess.. duk..” kiranya sudah mentok kebentur ujung rahimnya, padahal belum semuanya masuk lho. Terasa di tangan kiriku kira-kira masih tiga lebar jariku tapi efeknya
“Ssshh.. mmhh.. aahh.. auh!” jerit tertahan Dinda.

Kurasakan agak banjir di dalam sana dan jepitan di sepanjang kepala penis sampai hampir seluruh batangku itu makin erat.
“Ahh.. ssh shshss..” aku coba konsentrasi karena vagina yang nikmat dan sangat sempit ini mencoba menarik semua spermaku sehingga kepala penisku membesar dan berdenyut-denyut menahan kenikmatan yang nyaris memancar.

Kemudian aku coba goyang secara perlahan, makin lama makin cepat. Kupraktekkan rumus ini-itu sambil membuatnya menikmati setiap gesekan penisku serta mengalihkan pikiranku untuk melupakan nikmatnya lubang kemaluan Dinda, sempitnya vaginanya. Tubuhnya yang sempurna, payudaranya yang ranum dan kencang yang tertekan dadaku.
“Ouch.. sshh.. hemm..” sulit rasanya menghadapi kenyataan nikmat ini, apalagi setelah puncak kenikmatannya yang tertunda itu kembali melanda Dinda, ini terbukti dengan goyangan pinggul dan pantatnya berputar dan sekarang maju-mundur, menentang setiap gerakanku yang semakin cepat tusuk dan tarik.
“Aahh..”
Kucium dan kulumat bibirnya, kulilit lidahnya, kulihat dia tidak bisa menahan kenikmatan yang melanda itu, sehingga Dinda pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Geregetan, rangsangan, kenikmatan, itu yang mungkin ada di pikirannya.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Setelah hampir setengah jam kami goyang (kurasa Dinda sudah mau orgasme) dan akhirnya vaginanya mulai menjepit dan mengurut penisku cepat sekali. Dengan nafasnya yang memburu dan gerakan pinggulnya,
“Aaahh.. aku.. keluar.. sshhmm.. aku keluar sayang.. sshs hh shsh,”
Dinda mulai meracau tidak karuan sambil kakinya melingkari pinggangku dan menekan pantatku keras seakan-akan dia sanggup menelan penis panjangku sehingga kurasa bahwa setiap kutusuk vaginanya terasa ada benturan dan terus memutar di ujung dalam kenikmatannya.
“Sshshs aasshh.. enak sekali.. sshh.. aduhh.. sshshsh..” jerit tertahan Dinda.
Aku pun semakin mempercepat gerakanku, aku goyang dan memaju-mundurkan agak kasar liang vagina sempit ini,
“Duk..bluess.. duuk.. bluess..” kulihat pangkal penisku agaknya nyaris semuanya masuk,
“Sssh shh shh.. teruss.. Vin.. sshh,”
“Aku puas.. sshh hmm.. Vin.. cepat.. sshh,” lanjutnya.
“Tubuhmu seksi.. dan sempurna.. sayang..apa boleh..” aku berbicara ngos-ngosan.
“Di.. dalam.. saja.. shsh shh mmhh..” Dinda memotong sambil menaikkan pinggulnya sambil menekan pantatku serta membenamkan seluruh penisku seluruhnya
“Aaahh.. ssmmhh hhmm..”
Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut keras membuat suara becek goyangan kami yang makin keras.

Aku sudah tidak kuat lagi, ilmuku seakan hilang, kesadaranku melayang. Kemudian sambil melenguh kutarik pinggulnya lengket ke pangkal penisku dan kujilat serta kugigit putingnya, kulepas semua spermaku,
“Aaahh.. sshh..”
“Crot.. crot.. crot..” Hampir enam atau delapan kali semprotan maniku melesat ke dalam rahimnya.
“Aaahh ss mm.. hmm.. enak.. hangat..” Dinda mengerang-erang, sambil terus menggoyangkan pinggulnya berputar-putar.

Dalam keheningan nikmat, kubiarkan penisku di dalam vaginanya yang masih terasa sempit, kucium lembut bibirnya dan Dinda pun membalas manja, kemudian kutatap matanya sambil tersenyum. Sambil bersikap manja Dinda memeluk diriku serta menggigit hisap leherku. Wah.. merah nih jadinya.

Aku kemudian mengangkat tubuhnya dan mengajaknya ke balkon untuk cari angin.
“Mau ngapain di balkon Vin?”, tanya Dinda terheran-heran.
“Aku pengen menutup surprise-ku dengan mandi’in kamu”, kataku lagi.
“bagaimana mandi’innya?, tanya Dinda tambah heran tapi nurut saja ketika kurebahkan tubuhnya di atas kursi panjang tanpa senderan di balkon yang sepi itu. Tanpa menunggu lama, segera kuakhiri surpriseku dengan mandi kucing, yaitu dengan menjilat-jilat lembut seluruh permukaan tubuhnya yang bermandi peluh bercampur madu dan berkilat terkena sinar rembulan yang membuatnya makin indah dengan posisinya yang menelentang pasrah itu. Dinda senang sekali dengan perlakuanku itu, dan sambil mendesah kenikmatan dia berkata,
“Vin, kalau bisa kamu sering-sering nginap di sini, saya suka dijilati seperti ini.”
Kira kira ada 10 menit aku menjilatnya, lalu kugendong dia ke kamar mandi, dan kami pun saling membersihkan badan, saling menggosok satu sama lain. Setelah selesai, kami pun masuk ke kamarnya, karena sudah lelah sekali kami tidur nyenyak sambil berpelukan dalam keadaan bugil.

Cerita Ngentot Ketika Kekasihku ULTAH –Keesokan paginya, antara sadar dan tidak, aku merasa seperti ada sesuatu yang aneh pada diriku. Ketika kubuka mataku, eh, ternyata Dinda sudah bangun, dan lebih kaget lagi kulihat Dinda sedang menghisap-hisap penisku. Melihatku sudah bangun, Dinda berhenti sejenak dan tersenyum.
“Selamat pagi kekasihku, bagaimana tidurnya” tanya Dinda manja sambil tangannya tetap mengocok penisku.
“Wah enak banget, tapi kok kamu curang sih, saya khan nggak ngerasain isepan kamu waktu tidur” kataku sambil mengusap-usap buah dadanya.
“Abis kamu tidurnya lelap sekali, saya kagak tega bangunin kamu, tapi siapa tahu kamu mimpi lagi diisepin ha ha ha” ia tertawa sambil terus mengocok penisku.
“Eh Vin, kok waktu kamu tidur, saya ngocokin kamu kok penis kamu bisa bangun sih”
“Ya bisa lah yaw, namanya juga penis orang, emangnya penis plastik, bisa aja kamu, tapi terusin dong pake mulut kamu, Yu”
“Oooke boss, tapi kalau kamu mau keluar, bilang yah”
“Lho, emangnya kenapa?” tanyaku heran.
“saya mau pake sperma kamu buat olesin muka dan dada saya, biar kulit saya tambah kencang”

Lalu Dinda kembali mengkaraoke penisku, oh, rasanya nikmat sekali, sesekali ia menatapku sambil tersenyum manis. Mulutnya bergerak maju mundur, sambil lidahnya menggelitik lubang kencingku, rasanya geli-geli nikmat. Tak lama kemudian, aku merasa akan keluar lagi.
“Yu, saya mau keluar lagi, ohh aduuh” kataku sambil menahan gemuruh di dadaku.
Langsung ia mengganti tangannya untuk mengocokku, dan akhirnya, “Aduuh ohh, Yu terruuss, enaakk”
Penisku akhirnya memuntahkan sperma, tapi tidak sebanyak kemarin, dan Dinda langsung mengarahkan dadanya ke penisku, sehingga dadanya terkena muncratan spermaku, langsung dia oleskan ke seluruh permukaan dadanya.
“Yaahh Vin, kok dikit banget sayang, muka saya kagak dapet nih” Dinda sedikit merenggut.
“Abis tiap hari bercumbu terus sih, ya udah sayang, mumpung penis saya masih tegak, sekarang kamu nunggangin saya aja, khan kamu dapet enaknya juga”
“Nah begitu dong Vino, itu baru namanya pacar saya” Dindatersenyum lagi.

Lalu ia duduk di atas pahaku sambil mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Perlahan tapi pasti, penisku mulai memasuki lubang kenikmatannya. Aku sendiri heran juga kenapa hari ini penisku perkasa banget, tapi aku tidak memikirkannya lagi, yang penting enaknya, bung. Dinda sendiri mulai bergoyang-goyang sambil meracau tak menentu, seolah olah sedang menunggang kuda, sementara aku meremas remas dadanya yang bergerak naik turun. Lumayan lama juga aku bertahan, kira kira ada satu jam, sementara kulihat Dinda sepertinya sudah orgasme 2 kali, tapi kulihat Dinda tidak berhenti juga, mungkin dipikirnya kapan lagi bisa dapat kesempatan seperti ini. Tak lama kemudian, setelah Dinda orgasme ketiga kalinya, barulah aku mulai merasakan akan orgasme.
“Yu, bangun sayang, saya udah mau keluar nih”
Langsung Dinda bangun dan mendekatkan mukanya ke penisku sambil tangannya mengocokku. Dan akhirnya,
“Aaarrgghh, aduuh, haahh” aku ngos-ngosan menahan nikmat.
Akhirnya penisku menyemprotkan spermanya ke wajahnya, lalu ia menggosoknya ke seluruh wajahnya sampai rata.
“Terima kasih sayang, saya puas banget hari ini, saya tidak menyangka bisa orgy sampe 3 kali, kamu perkasa sekali” kata Dinda sambil berbaring memelukku.
“Abis bodi kamu seksi banget sih, terutama dada kamu, apalagi pas lagi nunggang saya, kelihatannya seperti dewi dari langit yang lagi goyangin saya.”
“ah ah, bisa aja kamu” kata Dinda sambil mencubit hidungku.
Tanpa terasa, kami tertidur lagi sambil berpelukan, mungkin saking lelahnya bersenggama tanpa henti.
Begitulah seterusnya, setiap ada waktu kosong aku dan Dinda langsung main lagi, seolah-olah nafsu kami tidak pernah terpuaskan. Selama 3 hari yang kami lakukan hanya makan, main, tidur. Selama 3 hari itu pula kami seperti Tarzan dan Jane, bugil terus. Rasanya anda para pembaca bisa membayangkannya sendiri bagaimana nikmatnya hidup seperti itu. Tapi yang paling penting bagiku adalah cintaku padanya dan cintanya padaku, walaupun aku masih belum tahu sampai kapan kami bisa hidup bersama.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Aku Jadi Taruhan Judi Suamiku

Aku Jadi Taruhan Judi Suamiku
Aku Jadi Taruhan Judi Suamiku
Mas Aris berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang Jasa, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aris pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.



Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Sar”, jawabnya singkat.



Mas Aris makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Arman anak kami.



Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Aris berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.



Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.



Suatu sore saat Mas Aris belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Jondan berkunjung ke rumah. Kedatangan Jondan inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Jondan datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Aris berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.

Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”

Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.

“Aris tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Jondan.



Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Aris berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Aris cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.



Untung saja tak lama kemudian Mas Aris pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Jordan, Mas Aris tampak lemas. Dia tahu pasti Jordan akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Aris kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Aris sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Aris menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.



Setelah Jordan pulang, Mas Aris memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Jordan. Aku menyadari Mas Aris sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Aris langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Arman di kamarnya.



Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Aris kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Aris mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Aris mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.



Setelah itu Mas Aris sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Aris untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Aris yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.



Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Aris, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Aris terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Aris dengan semampuku, kulihat Mas Aris begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.



Mas Aris kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.



Mas Aris rupanya tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Aris mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.



Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat penis Mas Aris, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.



Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.



Dan tidak lama kemudian Mas Aris mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.



“Aku benar-benar puas Sar, kamu memang hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuhnya.

“Sar, kamu memang istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.

“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Aris mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.

Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud kedatangan Jordan tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Aris.

“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.

“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Aris dengan pelan dan tertahan.



Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Aris. Mas Aris mengerti keterkejutanku.

“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.



Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh tubuhku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aris.

“Besok kamu ikut aku menemui Jordan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.



Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aris menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Aris mengantarku ke sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.



Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aris, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Jordan menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Jordan, dan kemudian berpamitan.



Dengan lembut Jordan menarik tanganku memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Jordan tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.



Jordan menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat tubuhmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.



Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf tubuhku.



Jordan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian Jordanmerebahkan tubuhku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku.



Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun Jordan belum menjamah tubuhku.



Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuhku, napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh tubuhku.



Jordan rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Jordan tak lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.



Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Jordan kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih dari 5 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang dan padat telah membentang dengan indahnya, Jordan tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai membasahi celana putihku.



Melihat ini, tangan Jordan yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Jordan mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya vaginaku.



Jordan memainkan vaginaku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuhku.



Jordan tertegun sejenak memandangi pesona tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri payudaraku, Jordan melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku semakin bernafsu melihat batang penis Jordan telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.



Dengan cepat Jordan kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis Jordan dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.



Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Jordan mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Jordan, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Jordan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Jordan rupanya juga sudah tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam panasnya birahi.



Keesokan paginya, Jordan mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya setelah seharian tidak kuurus.



Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Rintihan Yang Mengairahkan

Rintihan Yang Mengairahkan
Rintihan Yang Mengairahkan
Ku padamkan lampu-lampu yang tidak perlu lalu perlahan ku buka pintu kamar anak-anakku tercinta, nampak mereka sudah tertidur dan ku lihat Elsa juga tertidur di samping anak-anakku. Perlahan ku bangunkan dia, “Sa.., Sa..,” panggilku perlahan untuk tidak membuatnya terkejut.

“Hghh..,” sahutnya perlahan seraya membuka matanya yang masih mengantuk.
“Pindah ke kamar depan dech, suamimu mungkin tidak menjemput malam ini,” ujarku berbisik.
“Oh..,” sahutnya sejurus kemudian dan keluar dari balik selimut.

Tampak Elsa telah mengenakan daster yang cukup tipis sehingga nampak leku kan tubuhnya yang seksi, belahan buah dadanya juga putingnya oleh karena dia tidak menggunakan bra, dan celana dalamnya berwarna pink dengan gambar doraemon di bagian pantatnya, yang sempat ku lihat sebelum ia menghilang di balik pintu. ku kecup pipi kedua anakku sendiri sebelum ku rapatkan kembali pintunya dan pergi ke kamarku sendiri untuk beristirahat dan kerja kembali esok hari karena cuku p banyak juga pekerjaan yang tertinggal selama ini.

Subuh ku terbangun oleh deringan jam meja yang telah ku persiapkan malam sebelumnya, mandi pagi dengan air dingin membuatku segar dan siap untuk bekerja.

“Bagaimana? Sudah kau pikirkan?” tanya suara lembut itu yang sangat ku kenal.
“Bu..,” sahut Elsa putus di tengah jalan
“Yach.. Mas Annga masih muda, mungkin suatu saat dia akan mencari pengganti Risma almarhum kakakmu itu, kalau sudah begitu apakah Ibu masih diijinkan tinggal di sini?” keluh Ibu sejurus kemudian
“Tapi Bu,” Elsa berusaha membantah perkataan Ibu
“Yach.. Ibu pikir daripada kamu di sana di sia-sia lebih baik lepaskan Mas Indramu itu, mungkin Mas Annga akan ijinkan Ibu tinggal di sini, tapi apakah calonnya akan mengijinkan juga?” masih tetap dengan suara lembut yang membujuk.
“Bagaimana dengan Ricky Bu?” tanya Elsa lirih.
“Anakmu itu sudah cacat, kamu ya harus berpikir untuk kebaikannya bukan untuk dirimu sendiri, Ibu rasa mungkin dia akan lebih berbahagia bilamana di tempatkan di panti asuhan oleh karena bisa bermain dengan teman-teman senasibnya. Justru dia akan menderita kalau kamu paksa untuk bergaul dengan anak-anak normal lainnya,” saran Ibu melanjutkan

Hening kemudian hanya denting piring yang beradu dengan sendok yang sedang dipersiapkan oleh Ibu mertuaku dan Elsa putri bungsunya.

“Seandainya kau bisa memiliki Mas Annga, kita masih bisa tinggal di sini bila tidak Ibu tak tahu kita harus kemana lagi?” keluh Ibu.
“Bu..,” hanya itu ucapan Elsa terputus ketika tiba-tiba..
“Good morning, Pa,” teriak Shanti anakku yang paling kecil dari atas tangga menyapaku yang sedang terdiam di tangga mendengarkan percakapan tadi yang berasal dari ruang makan.

“Good morning honey,” sapaku pula seraya melanjutkan langkahku menuruni tangga.
“Hi.. Shanti,” sapa Elsa seraya menunjukkan wajahnya dari pintu ruang makan.
“Hi.. aku mandinya nanti yach,” ujarnya seraya kembali ke kamarnya terburu-buru.
“Eehh.. kakak mana?”Elsa bertanya dengan nada yang cuku p keras.
“Masih bobo..,” terdengar balasan dari balik pintu kamar tidur.
“Pagi Mas,” sapa Elsa sambil tersenyum manis.
“Pagi juga,”
“Pagi Bu,” sapaku melanjutkan setelah bertemu dengan Ibu di ruang makan itu.
“Pagi,.. ini nasi goreng buatan Elsa nich,” promosi Ibu melanjutkan.
“Wah.. terima kasih nich sudah merepotkan,” ujarku sedikit berbasa basi.
“Sudah buruan makan.. nanti keburu dingin jadi nggak enak, biar Ibu bangunkan anak-anak dulu,” tukas Ibu.

Dengan cekatan Elsa melayaniku dengan mengambilkan nasi goreng tersebut sementara aku sendiri menyeruput secangkir teh manis sebagaimana kebiasaanku sejak dulu. Di kantor pikiranku juga masih berkutat dengan pembicaraan Ibu tadi pagi, sehingga sebenarnya tidak seluruh pikiranku terkonsentrasi untuk pekerjaan. Masih terngiang-ngiang kemungkinan aku untuk memperistri Elsa.. mungkinkah?

Sore hari saat pulang kerja..
Sementara Elsa berlutut untuk mencapai rak lemari yang paling bawah, sedangkan aku berdiri di samping sambil memperhatikannya. Tanpa sadar pandanganku tertuju pada buah dadanya yang nampak indah dipandang dari atas tersebut. Nampak jelas lekukan buah dadanya oleh karena dia menggunakan kaos yang longgar sehingga bagian depannya agak terbuka saat dia dalam posisi yang sedikit membungkuk tersebut. Melihat pemandangan yang demikian mempesona, penisku terus saja menegang sehingga memperlihatkan tonjolannya di balik handuk yang kukenakan tersebut.

“Nach ini kaos..,” suaranya terputus di tengah jalan ketika dalam posisi berlutut seperti itu menyerahkan kaos yang kuminta padaku oleh karena pandangannya terpaku pada batanganku yang mengeras di balik handuk. Kusadari waktu 2 bulan telah berlalu tanpa hubungan sex tentunya sulit bagiku, namun tertutup oleh kesibukanku. Sedangkan baginya.. dimana Mas Indra, suaminya, yang sejak semalam berjanji untuk menjemputnya, setelah selama ini Elsa membantu rumah tanggaku yang porak poranda sejak ditinggal kepergian almarhum Linda, istriku yang juga kakak dari Elsa, mengurus anak-anakku, rumah tangga dan sebagainya.

Elsa terdiam dan tertunduk malu yang bagiku itu adalah isyarat bahwa dia tidak menolakku, sehingga kuberanikan diriku untuk membuka handuk tersebut sehingga sekarang tersembullah batangku yang telah tegak menantang dengan tubuh telanjang seperti ini, dimana masih ada tetesan air yang masih belum mengering, kuyakin menambah sexy penampilanku malam itu.

Perlahan kubangunkan Elsa dan segera kukecup keningnya perlahan turun ke arah pipi dan menelusuri lehernya. Dengusan nafas yang memburu membuat adrenalinku terus meningkat, kuusap lembut pundaknya, telinganya, disertai dengan kecupan hangat yang kulaku kan dengan sepenuh hati.
“Mas El.. jangan,” pintanya sesaat sebelum kucoba untuk melepaskan kaosnya.
“Elsa,” gumamku dengan pandangan mata memohon sehingga kuyakin sulit baginya untuk menolakku terlebih deru birahinya juga terus merayap keatas ubun-ubun.
Kukulum putingnya yang masih kecil bak anak gadis, membuatku gemas.
“Mas.. ergh,” rintihnya perlahan.

Belaian hangat jariku terus mengusap seluruh permukaan kulitnya yang putih mulus halus terawat disertai dengan jilatan dan pijatan ringan. Perlahan kudorong Elsa sehingga rebah di kasurku.
“Mas janji jangan dimasukkan yach.., aku masih milik Indra,” rintihnya kembali ketika kucoba mencopot celana pendeknya. Ternyata Elsa tidak mengenakan celana dalam di balik celana pendeknya tersebut sehingga segera nampak rerumputan hitam dengan panjang yang seragam dan terawat dengan rapih.
“Iya aku janji,” sahutku tanpa berhenti melepaskan celana pendeknya tersebut.

Harum bau tubuhnya terus memompa birahiku namun perlakuanku tetap saja lembut dan tidak terburu -buru untuk membawa Elsa menikmati belaian asmara ini. Jilatan mandi kucing yang kulancarkan ini membuat Elsa semakin terlena dan pasrah. Jilatan demi jilatan yang menyusuri setiap inci permukaan kulit dadanya, turun ke lembah buah dadanya, terus turun menelurusi garis tengah untuk mencapai kubangan di tengah pusaran perut, membuat otot perutnya tertarik tertahan menahan geli nikmat yang tidak terkira.

Kulewatkan bagian padang ilalang hitam di sana, namun kumulai dari lipatan paha bagian dalam kanan dan kiri yang terus menuruni jenjang kakinya dari bagian dalam hingga mencapai punggung kakinya dan berakhir dengan teriakan tertahan yang disertai hentakan kakinya, “Akhh..”

Kubalikan tubuhnya dan kini jilatannya merayap naik dari bagian tumitnya menelusuri betis indahnya sedikit ke bagian dalam, tidak kupaksa untuk membuka lipatannya namun terus naik hingga ke punggung dan berakhir di sekitar tengkuknya yang mulus, disertai dengan bulu kuduknya yang telah berdiri membuatku semakin gemas, sehingga gigitan sedikit keras kuberikan padanya yang menambah sensasi nikmat, disertai dengan remasan jemari lentiknya pada bantal yang sempat diraihnya untuk berbagi kenikmatan.

Puas bermain di punggungnya kembali kubalikkan tubuhnya, sesaat mata kami sempat beradu pandang, terlihat sayu tertutup perlahan dan menggodaku untuk mengecup lembut bibirnya. Kulumanku mendapat balasan yang malu-malu dan segera kuterobos dengan lidahku untuk mengait lidahnya sehingga pagutan lidahku bagaikan aliran listrik untuk mencetuskan butiran keringat halus bagaikan tetesan embun di dahinya.

Perlahan namun pasti sambil berpagutan tersebut kunaiki tubuh mungilnya dan Elsa sempat melirik ke kaca yang ada di lemari pakaian dan jelas nampak tubuh mungilnya sekarang berada dibawah tubuhku yang tinggi besar, sensasi tersendiri melihat tubuhku menindih tubuh mungilnya dimana baru kali ini dialaminya bahwa seorang pria yang bukan suaminya tengah menindihnya dalam keadaan tubuh yang bugil, telanjang bulat.

Batanganku yang telah mengeras tepat berada di atas perutnya dan ketika seluruh berat tubuhku telah menindihnya jelas sekali kurasakan getaran tubuhnya laksana menggigil akibat menahan birahi. Kulumanku belum kulepaskan dan lidahku terus bermain dengan lidahnya dengan respon yang semakin menggila disertai lenguhan birahi.

Ketika kulepaskan pagutan liar itu, segera ku buka lebar pahanya sehingga jelas terlihat ilalang hitam di bagian bawah telah lepek dan tanpa rasa malu-malu lagi Elsa jelas membentangkan kakinya lebar-lebar, memberiku jalan untuk menerobos masuk. Namun tak kulakukan itu, sebaliknya perlahan kubuka lipatan bibirnya sehingga nampak celah memanjang bagaikan irisan roti dan diikuti dengan mengalirnya secara perlahan cairan kental mirip lem anak SD.

Setelah kujilat 1-2 kali sapuan, segera kuhisap kuat di antara celah yang terbuka itu dan segera kurasakan beberapa cc cairan kental bening itu bagaikan benang yang ditarik dari sumur paling dalam dibetot keluar, akibatnya..
“Mas..,” lengkingan tinggi Elsa disertai dengan hentakan berulang kali dari pinggulnya yang tertarik ke atas dan kemudian berakhir dengan kekakuan pada tungkai kakinya selama beberapa saat dan berakhir dengan selesainya hisapanku pada celah vaginanya.

Kubiarkan Elsa yang telah mencapai orgasme pertamanya, matanya masih tertutup rapat tak bergerak menikmati gulungan birahi yang mulai mereda menyisakan kelelahan yang teramat sangat. Sesaat kemudian belaian jari lentiknya yang mengusap wajahku menyadarkanku dari lamunanku.
“Thanks yach.., Mas belum yach?” tanyanya sendu merasa bersalah.
Segera kukembangan senyum manisku yang menusuk kalbu, “Enak..,” tanyaku suatu pertanyaan bodoh yang seharusnya tak perlu kutanyakan.
Anggukan halus dari Elsa membenarkan pertanyaanku dan segera kulanjutkan “Pernah diberikan oleh Mas Indra?” selidikku untuk membandingkan kemampuanku.

Elsa meraih penisku dan mengocoknya perlahan. “Mas Indra tidak pernah membelai, dia lebih suka tembak langsung dan itu juga nggak lama, sebentar juga keluar setelah itu tertidur tapi..,” sahutnya memutus di tengah jalan.
“Kenapa?” tanyaku penasaran.
“Kalo besar sich lebih besar Mas Indra, jadi tiap kali sakit sesudahnya. Mungkin kurang foreplay kali yach,” sahutnya untuk memberikan alasan.
“Oh..,” sahutku yang yakin bahwa apa yang kuberikan pasti lebih berkesan dibandingkan dengan Indra suaminya.

Buliran keringat halus di keningnya dan sepanjang lehernya menggodaku untuk kembali menjilatnya dan kali ini Elsa mengelinjang geli. Namun tak kuperdulikan. Kujilat habis seluruh buliran keringat di dahi dan sepanjang lehernya menelusuri uratnya kanan dan kiri yang berkilau tertimpa sinar lampu dan tanpa terasa tubuhku yang besar kembali menindihnya dan sempat terdiam tatkala kurasakan batanganku terjepit di atas perutnya. Senyum penuh rasa malu berkembang di bibir Elsa tatkala kedutan penis kuberikan padanya sehingga jelas terasa di atas perutnya. Pagutan lidahku kembali menghisap bibirnya disertai pilinan jari jemariku yang lincah bermain di antara kedua putingnya.

“Mas.. jangan,” pekiknya terkejut ketika kucoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
“Iya dach.. aku bermain di depan aja yach,” janjiku menenangkannya.
“Aku kocok saja yach,” pintanya tergetar menahan birahi yang berusaha menerjang masuk oleh karena ujung kepala penisku telah berhasil membuka bibir kemaluannya dan bergesek di muara vaginanya. Aku menggeleng tanda tak setuju.
“Tapi jangan dimasukkan yach.. aku ngga mau merusak perkawinanku dengan Mas Indra, aku masih miliknya,” rintihnya tertahan antara sadar dan nafsu.
“Aku janji dech,” sahutku sekenanya oleh karena gesekan kepala penisku terus memberikan sensasi nikmat yang tiada taranya.

Hisapanku pada kedua putingnya, memaksa puting itu telah membesar sekitar 2 kali lipat dari semula, antara bengkak dan juga rangsangan yang ada aku tak mempedulikan itu, namun permainan lidahku di putingnya membawa kenikmatan tersendiri sehingga tanpa ada penolakan lagi yang kuterima tahu-tahu seluruh batang penisku telah tertanam di rongga vaginanya dan ketika Elsa tersadar..
“Mas, kok dimasukkan, tadi janjinya nggak masuk,” protesnya dengan nada pasrah.
“Tanggung Li.., aku bener-bener nggak tahan,” kataku seraya mulai memompa.

Busyet bener dach otot-otot vagina Elsa, masih sangat kencang walaupun dia pernah melahirkan, ototnya masih kencang sekali akibatnya tentu nikmat yang kurasakan ini bak bermain dengan anak ABG saja. Hal sama juga dirasakan Elsa bahwa dinding vaginanya masih ketat sehingga ketika aku memompa, dia juga mengimbangi dengan goyangan pinggulnya untuk menekan ke atas, saat kutusukan masuk sedalam-dalamnya, dan itu juga dikombinasikan dengan kontraksi otot kegelnya yang sangat baik, sehingga yang kurasakan dan kunikmati adalah empotan vagina yang luar biasa.

Irama genjotanku semakin kuat dan menemukan iramanya dengan goyangan pinggul Elsa, yang secara mencuri juga memandang di dinding kaca sehingga saat ini jelas nampak tubuh mungilnya timbul tenggelam di kasur busa mengikuti hentakan tubuhku. Buliran keringat sebesar jagung telah membasahi tubuhku dan tubuh Elsa yang menetes ke kasur busa dan bantal, seiring dengan dengus nafasku yang terus berpacu ditimpali oleh lenguhan dan rintihan Elsa yang berkejaran.

Semakin lama kurasakan semakin sempit liang vagina Elsa, sehingga gesekan yang terjadi semakin mantap dan ketika kulirik jelas terlihat lipatan bibir vagina Elsa saat ini mengikuti gerakan penisku, yang jelas menonjolkan urat darahnya berwarna kebiru-biruan keluar masuk laksana mengurut batang penisku.

Secara refleks sekarang Elsa telah mengangkat secara maksimal kedua tungkainya ke atas untuk memaksimalkan nikmat dunia yang kuberikan dan kubantu dengan mengangkat kakinya lebih tinggi lagi dan meletakkannya dipundakku.
“Hhh.. hh..,” desisku seraya menghunjam-hunjamkan penisku ke dalam liang vaginanya sedalam mungkin.
“Aak..,” desisan halusnya juga tak kalah gencarnya mengiringi tingkatan birahi yang terus mendaki untuk mencapai kepuasan tertinggi. Tak lama kemudian kurasakan rasa penuh, gatal dan kurasakan adanya desakan dari dalam yang akan segera memuntahkan lahar sperma.
“Ugh.. ahh..,” pekik Elsa tak tertahankan disertai dengan kejangnya ke dua tungkai kakinya dan tentu saja jepitan vagina itu menjadi maksimal sehingga akupun tidak tahan.
“Elsa.. aku.. sampai,” teriakku tanpa tertahankan disertai dengan hentakan kuat menghantam vaginanya.

Crot.. crot.., bendungan lahar spermaku tak tertahankan lagi menyembur dengan dahsyatnya menghantam dinding mulut rahim Elsa. Luluh lantak rasanya tulang belulang di tubuh, sehingga tubuh besarku bagaikan tak bertenaga ambruk menindih tubuh mungil Elsa. Campuran keringat kami berdua di atas permukaan kulit memberikan sensasi tersendiri, sementara kesadaran kami juga hilang untuk sesaat.

Antara sadar dan tak sadar sempat kulihat bayangan Ibu diuar pintu kamar sesaat sebelum terdengar pintu yang ditutup, memang tadi pintu itu tidak tertutup rapat sich.
“Ibu yach?” tanya Elsa memandangku terkejut.
Aku tersenyum dan mengecup keningnya dan membiarkan penisku untuk tetap berada di vagina Elsa, sebaliknya Elsa pun membiarkan vaginanya untuk tetap menampung penisku dan kamipun tertidur pulas karena kelelahan.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Tetangga Yang Hiperseks

Tetangga Yang Hiperseks
Tetangga Yang Hiperseks
Wanita tetanggaku ini memang orang yang bertipe mudah bergaul dan ia gampang akrab dengan siapa saja, termasuk dengan isteriku,Tini. Kadang aku muak bila Ci Amy ini sering memanggil orang dari kejauhan seperti memanggil seekor anjing. Tapi tidak apalah, pikirku, mungkin udah jadi kebiasaannya. Kalo denganku, aku sengaja tidak mau akrab. Entah kenapa. Mungkin karena aku tidak mau bergaul dengan sembarang orang atau karena memang aku tidak suka dengan tetanggaku yang tergolong baru pindah sekitar dua bulan yang lalu itu.

Sekitar seminggu yang lalu, saat hendak berangkat ke kantor aku tanpa sengaja menengadah dan memperhatikan seseorang berjalan mendekati isteriku yang akan naik mobil kami. Kebetulan saat itu aku sudah ada dalam mobil dan hendak menginjak pedal gas. Ternyata si Ci Amy. Kebetulan ia hendak pergi ke arah yang berlawanan. Waktu lewat, kulihat ia mengenakan kaos hadiah dari produk cat “CATYLAC” dengan tulisan merah dan kaosnya itu amat tipis dengan warna dasar putih. Wah.. Buah dadanya itu lho. Tidak kusangka ia punya payudara yang besar. Kayaknya lebih besar dari punya isteriku.

Sepanjang perjalanan ke kantor, badanku terasa panas dingin memikirkan payudaranya itu. Oh.. andaikata aku punya kesempatan.. aku ingin tidur dengannya.. atau paling tidak kalo dia tidak mau, aku akan memaksanya. Aku ingin menikmati payudaranya. Orangnya memang cantik, tinggi dan putih. Walau berkacamata, dapat kulihat wanita itu kelihatannya memiliki gairah seks yang tinggi. Entah hanya khayalanku saja atau memang demikian adanya. Rupanya kesempatan itu akhirnya datang juga.

Dua hari yang lalu, saat lingkungan tempat tinggal kami sedang sepi, terjadilah hal yang tidak kusangka-sangka. Saat aku pulang beristirahat pada sekitar pukul dua belas, seseorang wanita memanggilku. Waktu itu aku hendak menutup dan mengunci pintu pagar.
“Wan..! Sini bentar, Wan.”
Ternyata Ci Amy. Kudekati dia di pintu pagar rumahnya lalu aku bertanya padanya dengan hati dag-dig-dug tak karuan.
“Ada apa Ci?”
Sambil membuka pintu pagar ia menjawab, “Masuklah dulu.. ada sesuatu yang hendak aku bicarakan..”

Tanpa bertanya lebih lanjut, aku mengikutinya masuk ke dalam rumah (tentunya setelah pagar itu aku tutup dan kunci). Di ruang tamu, aku kemudian duduk dengan perasaan deg-degan. Sementara ia berjalan masuk ke kamarnya. Beberapa menit kemudian ia muncul dengan membawa sebuah kotak berukuran sedang.
“Aku mau tanya ini, Wan.. kamu ‘kan pintar bahasa Inggris. Terjemahin ya, untuk aku. Kotak ini isinya kamu lihat sendiri aja deh..” ujarnya dengan wajah bersemu merah. Entah kenapa.

Kuraih kotak dan kertas yang berisi petunjuk tentang cara pemakaian benda di dalamnya. Kotaknya memang masih terbungkus rapih. Saat kubuka bungkusnya, aku kaget bukan kepalang. Tidak pikir benda apa, eh tidak tahunya itu alat kelamin pria alias penis palsu terbuat dari semacam plastik yang dapat digerakkan sesuai dengan kemauan pemakainya. Alat itu harus menggunakan arus listrik. Setelah kubaca petunjuknya, lalu kujelaskan pada Ci Amy.
“Ci.. daripada Cici pakai alat ini, mendingan pake yang aslinya aja gimana.. Maaf, Ko Freddy (nama suaminya) ‘kan pasti mau tiap malam..” jawabku sambil memandangnya.

“Wah, Wan.. dia jangan diharapin deh.. pulang malam terus.. Datang-datang pengennya tidur aja.. jadi gimana mau melakukan hubungan intim, Wan.. sementara wanita kayak aku ‘kan butuh dicukupin juga dong kebutuhan biologisnya..” jawabnya enteng namun wajahnya masih terlihat bersemu merah. Ia pun tertunduk setelah itu.
“Gimana kalo.. aku aja yang mencoba memuaskan Ci Amy..?” tanyaku tiba-tiba.
Aku tidak percaya dengan suaraku sendiri. Beraninya aku berkata begitu pada wanita tetangga yang sudah bersuami. Bisa repot nih jadinya.

“Apa kamu bilang? Enak aja kamu ngomong. Emang kamu mau dilemparin tetangga lain. Berselingkuh seperti itu nggak boleh tahu..!” jawab Ci Amy dengan nada tinggi.
Baru sekarang aku melihatnya benar-benar marah. Menyesal juga jadinya. Beberapa lama kami pun berdiam diri. Lalu Ci Amy bangkit dari duduknya dan sepertinya ia hendak mengambilkan minum untukku.
“Nggak usah repot-repot, Ci.. Sebentar lagi juga aku pulang..” ujarku mencoba merebut kembali hatinya.
Tidak kusangka ia malah membalas, “Ngaco.. siapa yang mau ngambilin minum buat kamu.. aku mau minum sendiri kok.. Udah sana, pulang aja. Dan terima kasih udah terjemahin petunjuk alat itu..” jawabnya masih dengan nada ketus.
Aku pun bangkit dari dudukku. Namun saat aku hendak berjalan keluar, tiba-tiba muncul ide jahatku.

Dengan berjalan berjingkat-jingkat, kuikuti ke arah mana si Ci Amy berjalan. Rupanya ia menuju kamar tidurnya. Kebetulan jalan menuju pintu kamar, dibatasi oleh korden. Aku pun bersembunyi dibalik korden itu. Untunglah ia tidak menutup pintu kamar itu sama sekali. Kulihat ia membelakangiku, lalu pelan-pelan menarik kaos ketatnya ke atas dan menurunkan celana panjangnya. Rupanya ia mau mandi.

Lalu perlahan-lahan kudekati pintu kamar itu. Ci Amy mulai membuka BH dan celana dalamnya yang berwarna krem. Kemudian ia meraih jubah mandinya yang tergeletak di tempat tidur. Sebelum ia sempat menutupi tubuhnya yang telanjang, aku segera berlari dan menubruknya. Buk..! Ia terjatuh dengan keras ke tempat tidurnya yang besar.

“Aduh..! Lepaskan..! Wan.., kok kamu belum pulang, hah..? Mau apa kamu..?” ujarnya kaget setengah mati.
“Aku mau buktikan bahwa alat punyaku lebih hebat dari penis buatan itu, Ci..” jawabku dengan tegas.
“Nggak.. nggak mau.. nanti kalo suamiku pulang gimana..?” tanyanya lagi dengan nada ketus.

Karena sudah berada di atas tubuhnya yang telanjang, tanpa buang waktu lagi, aku mengangkangkan kakinya, dan terlihatlah lubang vaginanya yang berwarna merah muda. Dengan cepat kumasukkan jari tengahku ke dalamnya. Ci Amy perlahan-lahan mengendurkan perlawanannya. Dari tadi ia terus mendorongku supaya aku segera terjatuh dari tempat tidur. Kepalanya mulai bergerak ke sana kemari. Aku langsung mengincar buah dadanya yang besar dan padat. Putingnya kuhisap dan kujilat. Kanan dan kiri.. kanan dan kiri.

Suara tanda ia mulai terangsang mulai terdengar.
“Ah.. ah.. ah..” erangnya.
“Masukkan sekarang Wan.. aku sudah tidak tahan lagi.” ujarnya di tengah-tengah kenikmatan yang ia alami.
“Tapi kontolku belum tegang, Ci.. dihisap, ya..!” ujarku sambil menyodorkan senjataku ke mulutnya.
Kebetulan mulutnya sedang terbuka. Kaget juga jadinya dia. Aku memaju mundurkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Luar biasa hisapan mulutnya. Walaupun punyaku jadi basah, namun senjata andalanku itu langsung mengeras. Segera kutarik dari mulutnya. Sebenarnya, Ci Amy tidak rela melepaskan senjataku dari hisapan mulutnya. Ia mungkin ingin terus mengulumnya sampai air maniku muncrat ke dalam mulut dan kerongkongannya.

Beberapa menit kemudian, aku menyibak rambut kemaluannya yang tebal serta hitam. Bibir kemaluannya kusingkap dengan perlahan. Setelah mengetahui persis letak lubang senggamanya, kuarahkan penisku ke sana, dan dengan sekali hujaman, amblaslah penisku ke lubang surga dunia itu. Aku terus menghujamkan senjataku. Maju-mundur-maju-mundur.., bless.. ceplak.. cepluk.. memang lain rasanya bila bersetubuh dengan wanita yang sudah pernah melahirkan. Sepertinya penisku tidak menghadapi halangan berarti. Sementara Ci Amy mulai bereaksi dengan menggerakkan pantatnya secara memutar. Senjataku seperti dikocok-kocoknya dalam vaginanya.

Sudah lima belas menit, namun pertarungan birahi kami belum juga usai. Kami pun kemudian berganti posisi. Ci Amy sekarang dengan posisi menungging. Aku bersiap menusuknya dari belakang. Kuarahkan senjataku ke mulut kemaluannya sekali lagi. Sementara tangan kanannya membuka mulut vaginanya dengan lebar. Bless.. bless.. bles.., penisku masuk dengan lancar dan pasti. Tangan kananku meraih pinggangnya, sementara tangan kiriku memain-mainkan payudara kirinya. Tampak kepalanya menengadah setiap kali tusukanku kuulangi. Tiba-tiba ia menjerit sambil kedua tangannya memegang kepala ranjang dengan kuat.
“Ah.. ah.. ah.. ah..!” rupanya ia orgasme, namun aku belum juga mencapai puncak. Memang aku lumayan perkasa kali ini.

Beberapa menit berlalu.
Ci Amy akhirnya bilang, “Wan, kamu tiduran sok.. aku yang aktif sekarang.. biar sama-sama dong orgasmenya.”
Setelah aku berbaring, ia meraih penisku yang amat keras dan tegak dan dihisapnya sambil jongkok di sebelah kananku. Ia juga menjilat dan mengulum batanganku. Duh.. duh.. duh.. seperti melayang di awan-awan aku dibuatnya.
“Wah, sebentar lagi kalau kuteruskan bisa-bisa aku nyemprotin mani di mulutnya nih.” pikirku.

Lalu buru-buru aku menyuruhnya duduk di atas penisku. Ia pun memegang penisku dan dengan pelan-pelan duduk di atasnya sambil mengarahkan ke bibir vaginanya. Dan.. bles.. jeb.. bless.. jeb! Kulihat penisku seperti tenggelam dalam vaginanya. Aku hanya dapat merem melek jadinya. Ci Amy terus saja bergerak ke sana kemari. Naik-turun, kanan-kiri dan setelah beberapa saat ia melakukannya, aku merasakan ada sesuatu yang akan meledak dalam tubuhku. Segera saja aku bangkit sambil memeluk tubuhnya yang masih ada di atas selangkanganku.
“Ah.. ah.. ah.. ah.. crot..! Crot! Crot! Crot..! Crot..!” sebanyak sembilan kali semprotan maniku masuk ke dalam vaginanya.
Sesudah itu kami tiduran karena kelelahan. Ci Amy masih memeluk tubuhku.

“Wan, aku sebenarnya sudah lama ingin berhubungan intim denganmu.. aku tahu kau punya senjata yang hebat. Jauh lebih hebat dari suamiku yang loyo. Cuma aku belum mendapatkan kesempatan untuk itu. Makanya aku pancing kau dengan alat penis buatan itu. Jadi jangan marah ya. Tadi aku bersuara ketus seolah-olah menolak kamu hanya permainan saja. Aku mau tahu seberapa tahan kamu melihat tubuh wanita sepertiku. Makanya aku tadi tidak menutup pintu kamar. Karena kutahu pasti kamu belum pulang dan kamu tidak akan pulang sebelum kamu bisa menaklukkanku..” ujarnya tiba-tiba sambil tangannya membelai pelan penis kebanggaanku yang sudah mulai mengecil.

Tidak kusangka ia mengatakan itu. Memang benar dugaanku. Ternyata Ci Amy memang hiperseks. Ia mau dengan siapa saja dan kapan saja memuaskan hasrat seksnya yang menggebu-gebu. Duh gusti, enaknya punya tetangga seperti dia.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Santi Tukang Pijat Yang Aduhai

Santi Tukang Pijat Yang Aduhai
Santi Tukang Pijat Yang Aduhai
Aku melirik jam, hmmmm masih jam 8 malam dan aku baru sampai Bandung. Wah, sampai Jakarta jam berapa nih, pikirku. Mataku pun sudah tidak bersahabat, seperti dikasih lem. Dengan kondisi seperti ini kupikir tidak akan mungkin melanjutkan perjalanan sampai Jakarta, karena malah akan berbahaya. Kuputuskan harus mencari tempat istirahat. Lalu laju mobil pun mulai kupelankan, dan mataku mulai menyapu ke tepian jalan barangkali ada tempat istirahat atau rumah makan yang nyaman.

Kemudian mataku tertuju pada sebuah rumah berdinding warna hijau toska dengan halaman yang agak luas dan ditutupi oleh rumput Jepang. sepertinya tempatnya enak, ada tempat parkir mobilnya lagi. Aku pun segera membelokkan mobil dan kuparkir tepat di depan rumah itu.

Di terasnya kulihat sedang duduk 3 orang wanita dengan pakaian yang cukup sexy. Aku masih belum berpikir yang aneh-aneh waktu itu. Yang terpenting bagiku saat ini adalah beristirahat dan melepas lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Saat aku berjalan ke arah teras, salah seorang dari mereka menghampiriku dengan gaya yang centil dan manja,

“Cari apa, Bang’?”

Mataku yang sedari tadi sudah cukup mengantuk sontak saja langsung melebar lagi. Perempuan itu kira-kira berusia 30an  mengenakan kaus ketat berbelahan dada rendah warna merah yang sepertinya sengaja untuk menonjolkan aset miliknya itu, dipadu dengan bawahan rok jeans pendek. Sekilas kulihat 2 tonjolan di sana seperti terjepit ingin meronta keluar, dengan belahan yang masih indah di tengahnya. Kulitnya kuning langsat, Mandapati pemandangan seperti itu, aku menjadi tergagap-gagap,

“Emm.. anu… mmmm, mau cari makan. Laper nih dari tadi siang belom makan. Sama mau istirahat dulu, pegel dari tadi nyetir melulu.”
“Ayuk atuh, Bang’. Masuk dulu, di dalem masih ada makanan kok. Santai dulu aja Bang’. Kalo pegel-pegel, kita juga bisa mijitin kok.” tangannya langsung menggandengku dan menempelkan payudaranya ke lenganku sembari tersenyum nakal.

Ah, kurasakan sesuatu yang kenyal menjepit lenganku. Aku jadi menebak-nebak berapa ukuran bra nya. Bah, konyol sekali ngapain juga nebak-nebak, pikirku. Nikmati saja keadaan ini.

Bagai kerbau dicucuk hidungnya aku menurut. Saat berjalan ke dalam, mataku masih sempat melirik 2 orang lagi yang sedang duduk di teras.

Gadis pertama berkulit sawo matang, tubuhnya langsing berumur sekitar 20 an tahun, memakai kaus you can see berwarna putih dan di luarnya memakai kemeja bermotif kotak-kotak dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Dia memakai celana jeans pendek yang sudah belel, alias banyak lubangnya. Wajahnya sih biasa-biasa saja, tapi kupikir senyumnya manis juga.

Gadis yang kedua bertubuh agak chubby, rambutnya dia gelung ke atas menonjolkan nuansa tengkuknya yang putih itu. Memakai baju terusan bermotif batik dengan model babby doll. Sepertinya umurnya sekitar 28-30 tahun. Dia pun melemparkan senyuman kepadaku.

Gadis yang ketiga, tubuhnya tidak terlalu gemuk namun padat berisi, memakai kaus tank top warna pink dan rok pendek bermotif bunga. Rambutnya sepunggung model shaggy dibiarkannya tergerai. Sempat kulirik, ada tonjolan kecil di dadanya, wah sepertinya dia tidak memakai BH. Tubuhnya putih mulus tanpa cela, dengan tonjolan yang nyaris sempurna, proporsional dengan tubuhnya yang sintal itu. Wajahnya manis tipikal orang Sunda. Bibirnya yang tipis pun mengumbar senyuman kepadaku.

Sampai di dalam aku pun memilih menu ayam goreng dengan sambal dan lalapan. Aku makan dengan lahapnya, karena perutku memang sudah kelaparan sejak tadi siang. Selesai makan aku pun minum segelas teh hangat yang sudah kupesan sebelumnya.

Akhirnya bisa terbayar juga rasa lapar yang sudah melilitku sejak tadi siang. Ketika aku sedang menikmati aktivitas santaiku, si tante menawariku sesuatu, “Si Abang’ capek? Kita juga sedia jasa pijit loh. Tinggal pilih saja sama siapa. Tuh, teteh punya 3 anak buah yg siap melayani. Abang’ tinggal pilih aja.” katanya dengan nada manja.

What? Seumur-umur aku belum pernah dipijit terutama oleh wanita yang belum aku kenal. Tapi baiklah, apa salahnya mencoba, begitu pikirku.

“Mmmm emang berapa tarifnya? Mahal ga?”
“Ah, si Abang’ bisaan. Tenang aja Bang’, yang penting mah Abang’ puas. Ini juga mumpung lagi promo.” jawab si teteh genit.
“Promo? Kaya swalayan aja, pake promo segala. Ya udah, aku pilih satu ya. Bebas nih milihnya?”
“Iya pilih aja tuh yang diluar. Kalo yang kurus namanya Hani, kalo yang agak gemuk namanya Risma, nah kalo yang satunya lagi namanya Sania, tapi dia masih baru dan belum begitu pengalaman.” katanya sambil senyum-senyum nakal.

Hmm, dari awal aku sudah begitu tertarik dengan gadis yang bernama Sania ini, dia memiliki proporsi tubuh yang pas, serta payudara yang aduhai. Usianya yang masih belia semakin mambuat penasaran orang yang melihatnya. Aku sudah tidak sabar untuk merasakan pijitannya, ah pasti nyaman sekali ketika tangan mungil nan halus itu memijit tubuhku.

“Kalo gitu aku pilih si Sania, Teh.” jawabku mantab.

Si teteh pun segera memberi kode kepada Sania. Dan tanpa harus menunggu lama Sania telah menggamit lenganku dan mengajakku ke dalam salah satu kamar yang tersedia.

Kamar itu tidak terlalu besar dengan penerangan sebuah lampu kecil yang memberikan sensasi remang-remang. Di tengahnya terdapat kasur dan dilapisi seprai. Disudut ruangan ada meja dan bangku kecil yang didepannya tergantung sebuah kaca. Menurutku kamar ini cukup bersih dan nyaman. Ketika masuk ke dalamnya aku disambut oleh wangi aroma yang aku juga tidak tahu pasti apa itu. Tapi aroma itu telah membuatku rileks dan nyaman.

Ketika aku masih termangu melihat keadaan sekeliling, suara Sania yang lembut mengejutkanku.

“Ayo atuh A’, jadi pijit ga? Kok malah bengong di pintu aja?”
“Eh, iya ya… Oke… Oke…” aku pun segera mengambil posisi di tempat tidur.
“Bajunya dibuka dulu atuh A’. Masa pijit masih pake baju begitu.” kata Sania dengan manja.

Ya, tentu saja. Betapa bodohnya aku, apa yang akan dipijit jika aku masih mengenakan bajuku? Segera saja kulepas kemeja dan kaos dalamku, kemudian dengan telaten tanpa perlu disuruh Sania mengambil lalu menggantungkannya di balik pintu yang telah ia tutup sebelumnya.

“Punten A’, celana panjangnya dilepas juga atuh. Nanti Sania susah mijitnya kalo masih pake celana begitu.”

Wow, aku kaget. Masalahnya aku hanya menggunakan boxer di balik celana panjangku. Masih ada sedikit rasa risih untuk hanya mengenakan boxer di depan gadis manis yang belum aku kenal ini. Namun saat aku menatap wajah manis nan sensual serta melirik sedikit ke bawah lehernya di mana tergantung dua buah gundukan padat serta berisi itu, akal sehatku terkalahkan. Akhirnya kulepas juga celana panjangku dengan dibantu olehnya.

Dia pun mulai memijit ringan dari mulai bawah kakiku. Dia mengendurkan otot-otot kakiku yag sudah pegal karena menginjak pedal seharian. Dari kaki, dia beralih ke leher kemudian turun menuju punggung. Tanganku pun tak lupa ia relaksasi.

“Wah, si Aa’ ototnya pada kaku semua ya? Pasti pegel-pegel semua ya A’?” tanyanya lembut.
“Iya nih, habis nyetir seharian. Jadinya pada kaku semua.”
“Tenang aja A’, serahkan sama Santi pasti semuanya akan beres.” jawabnya menggoda.

Dia lalu menuangkan sedikit lotion di tangannya lalu dia balurkan ke punggung dan mulai mengurutnya. Ah, nyaman sekali rasanya ketika tangan mungil nan halus itu mulai menyapu punggungku dari atas sampai hampir pada bokongku. Penat yang dari tadi pagi kurasakan seolah perlahan-lahan mulai sirna.

Selesai dengan punggung, dia lanjutkan dengan kakiku. Dia mulai mengurut otot kaki bagian bawah. Dari telapak kaki dia mulai bergerak ke atas menuju paha. Ketika mengurut pada pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak sesekali dia menyentuh kedua bolaku. Aku pun sedikit terkejut, namun sepertinya dia menanggapinya dengan biasa.

“A’, ayo coba balik badan, saya mau mengurut leher dan bagian depan Aa’.” dia memintaku penuh kelembutan.

Aku pun segera menurutinya, kubalik badanku sehingga sekarang dalam posisi berbaring. Dia mulai mengusapi badanku dengan lotion. Saat itu baru kusadari bahwa dia sangat manis, dengan payudara yang bergoyang-goyang saat dia mengusap badanku dengan lotion.

Tiba-tiba tanpa diduga dia duduk diatas perutku, dan mulai mengurut leherku. Bagiku berat tubuhnya bukan masalah, namun sensasi yang kurasakan itu lumayan meresahkanku, mengingat aku belum pernah melakukan hal ini dengan wanita lain. Tapi aku hanya diam saja dan menikmati keadaaan ini. Mataku tak lepas dari dua buah bukit kembar yang sedari tadi bergoyang-goyang menantang, dan tampaknya dia mulai menyadari kalau aku memperhatikannya.

Bukannya risih namun dia malah mengambil tanganku, mengurutnya, sambil menempelkan punggung tanganku ke dadanya. Wow, kurasakan sesuatu yang masih kenyal dan kencang di sana, dan hal itu memicu hormon testosteronku meroket. Kemaluanku yang dari tadi sudah setengah menegang menjadi full erection. Selesai mengurut tangan kananku, dia pun melanjutkan dengan tangan kiriku dan masih dengan cara yang sama.

Tanpa sadar tangan kananku mulai memegang-megang sambil sedikit meremas payudara yang masih padat itu.

“Ih, Aa’ nakal deh. Kenapa atuh A’? Suka ya?” jawabnya nakal.
“Aku gemes banget ngeliatnya. Masih bagus banget ya? Boleh lihat ga? Aku penasaran nih.” entah setan mana yang merasukiku hingga aku berani berkata demikian.

Sepertinya urat maluku sudah putus. Tanpa kuduga, dia pun segera melepas tank top-nya, sehingga kali ini kulihat dengan jelas dua bukit kembar itu bergantung dekat sekali dengan wajahku. Tanganku pun segera menangkapnya, bermain-main, serta memilin-milin lembut puting yang masih terbilang kecil itu. Perlahan namun pasti puting kecil yang berwarna coklat kehitaman itu pun mengeras, dan payudara yang masih ranum itu mulai mengencang.

Santi mulai gelisah, wajahnya mulai memerah. Tanpa dia sadari, dia semakin bergeser ke arah bawah dari tubuhku. Dia terkejut ketika pantatnya menyenggol sesuatu yang sudah mengeras dari tadi. Lalu kurengkuh dia ke dalam pelukanku, kudaratkan ciuman di bibirnya yang lembut itu. Lidahku mulai menyapu bibirnya dan memaksa masuk ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya sudah menunggu lidahnya yang rupanya sudah siap bertarung dengan lidahku. Kami pun saling memagut satu sama lain. Tanganku terus bergerilya dan mulai menurunkan rok pendeknya hingga kini dia hanya mengenakan celana dalam saja.

Dari mulut aku bergerak menuju lehernya yang jenjang, lidahku bergerak dengan liarnya menelusuri kulitnya yang putih itu. Sampai di kedua payudaranya, aku tambah gemas dibuatnya, kuciumi mereka bergantian satu sama lain. Lalu puting kecil yang sudah mengeras itu pun tenggelam di dalam mulutku. Lidahku tak henti-hentinya mempermainkan mereka. Kulihat Santi mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, dia menengadah sambil memejamkan matanya, sementara pinggulnya bergerak-gerak menggesek kemaluanku.

Kami pun segera bertukar posisi, dia kubaringkan di kasur dan segera saja kulepas celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Hmm, ada aroma khas yang belum pernah kucium selama ini. Sania pun membuka kedua pahanya, dan tampaklah sebuah belahan merah dengan bibir yang masih cukup rapat berkilauan karena dihiasi oleh cairan pelumas. Rambut kemaluannya yang baru mulai tumbuh setelah dicukur itu semakin membuat gairahku bergelora.

Perlahan kujilati dari luar ke dalam, sambil sesekali memberikan gigitan kecil di luarnya. Akibat ulahku itu terkadang dia sedikit mengerang namun tertahan. Kusibakkan bibir itu dengan lidahku dan kurasakan ada tonjolan kecil di atasnya. Kuhisap dalam-dalam dan kumainkan dengan lidahku, sementara jariku mulai menyelinap ke dalam celah yang sudah basah dan hangat. Jariku mulai leluasa bergerak keluar masuk karena liang itu sudah licin oleh cairan pelumas. Ketika jariku semakin cepat dan lidahku semakin liar, Sania pun mulai menegang dan gelisah. Sampai akhirnya dia menjerit dengan sedikit tertahan,

“Akhhhhhh… A’… Ayuk terus… Santi sebentar lagi sampai… Ahhhh…”

Mendengar permintaannya, aku pun semakin menggila, dan kemudian dia menggelinjang. Tangannya menarik rambutku, sementara pahanya menjepit kepalaku, dan kurasakan denyut-denyut di jariku yang ada di dalam sana. Kali ini teriakannya tidak tertahan,

”Aaaakkkhhhh…. Ouuuuch….. Hufffhh… Aa’nakal……”

Kurasakan semacam cairan bening dan hangat mengalir ditanganku yang berasal dari jariku yang ada di dalam sana. Tubuh Santi mulai melemas dengan nafas yang terengah-engah. Kusodorkan jari-jemariku yang masih basah ke mulutnya. Dengan serta merta dia pun menjilati jariku. Hal ini membuat kemaluanku semakin keras saja. Aku pun segera melepas celana boxerku, dan menyodorkan batangku yang sudah demikian keras ke mulutnya.

Sania pun tanggap dan segera mengulum kemaluanku. Mulutnya yang mungil itu terlihat penuh oleh batangku yang memang terbilang di atas rata-rata. Mulanya aku kasihan melihatnya, namun sepertinya dia malah menikmatinya dan hal itu mulai membangkitkan kembali hasrat birahinya. Secara otomatis aku pun menggoyangkan pinggulku menyesuaikan dengan irama yang dia buat. Benar-benar luar biasa sensasi yang kurasakan, membuatku seperti melayang. Kata si Teteh dia belum berpengalaman, tapi sudah seperti ini aksinya.

“A’, ayo buruan masukin, Sania udah ga tahan lagi nih.” katanya memelas.

Lalu kucabut penisku dari mulutnya dan perlahan kugesekkan ke permukaan bibirnya yang memang sudah basah dari tadi. Dia sedikit mengejang ketika permukaan bibir licin nan sensitif itu bertemu dengan kepala penisku. Akhirnya setelah kurasa cukup licin, kumasukkan kemaluanku ke dalam liangnya secara perlahan. Awalnya dia melenguh, namun setelah beberapa kali kugerakkan tampaknya dia sudah mulai bisa menyesuaikan. Rasanya luar biasa ketika penisku berada di dalam dirinya, masih begitu ketat dan menggigit. Denyut-denyut di dinding vaginanya sangat bisa kurasakan.

Gerakanku semakin lama semakin cepat, dan Santi pun semakin gelisah kembali. Dia mulai meremas pinggulku dan menarik-narik rambutku. Tubuhnya menegang dan menggelinjang sekali lagi. Denyut-denyut di dalam sana semakin kuat terasa dan tiba-tiba gerakanku terasa sangat licin. Kulihat banyak sekali cairan bening yang melumuri batangku. Tubuh Santi kembali melemas dan lunglai. Aku pun mulai mengurangi kecepatan gerakanku. Kucium keningnya, bibirnya, lehernya, dan kulumat habis kedua putingnya.

“A’, sekarang gantian dong Sania yang di atas.” dia meminta.

Rupanya dia sudah mulai terangsang lagi oleh cumbuanku.

“Oke, siapa takut?” jawabku sambil nyengir.

Kami pun segera bertukar posisi, kali ini dia berada di atasku. Dia pun mulai mengambil posisi berjongkok di atas perutku. Secara perlahan batangku sudah masuk di dalamnya. Santi mulai bergerak naik turun, dan sesekali menjepit batangku di dalamnya. Gerakan itu membuatku semakin gila. Sensasi yang dihasilkan sungguh luar biasa.

Gerakannya semakin lama semakin cepat dan membuat dorongan dari dalam diriku mulai muncul ke permukaan. Sania pun seperti sedang trance, terkadang dia meremas payudaranya sendiri, bahkan menarik-narik dan memilin putingnya. Teriakannya kali ini lebih heboh lagi,

“Ahh..ahh..ahh… Aduh enak sekali, A’. Punya Aa’ gede banget, nikmat banget ada di dalem. Owh… Santi pengen keluar lagi….Ufhhh…”film dewasa

Tubuhnya menegang dan menggelinjang lagi untuk yang ketiga kalinya. Setelah itu dia pun ambruk di atas dadaku dengan nafas yang terengah-engah. Hasrat birahiku yang sudah semakin tinggi dan akan segera meledak seolah memberikan kekuatan yang luar biasa. Segera kubaringkan Sania, dan kali ini langsung ku goyang dengan sekuat tenaga. Dia hanya bisa pasrah sambil terus mendesah,

“Ahh..ahh..ahh… Ayo A’ keluarin di dalem aja… Sania udah ga tahan…”

Akhirnya dorongan itu keluar disertai dengan semburan lava putih kental di dalam vaginanya. Seluruh ototku seperti berkelojotan melepaskan semua hasrat itu. Cairan putih itu mengalir melewati celah merah yang merekah itu dan sebagian jatuh ke kasur.

Aku pun segera mengambil tempat disisinya, kupeluk erat dirinya. Sania pun seolah tidak mau aku tinggalkan, dia memelukku erat-erat. Kami pun berciuman dengan lembut di bibir. Dan kami mulai terlelap setelah lelah oleh pertempuran yang menguras tenaga itu.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Wednesday, June 20, 2018

Pengalaman Yang Takterlupakan

Pengalaman Yang Takterlupakan 
Pengalaman Yang Takterlupakan
Kejadian ini terjadi pada waktu liburan natal 2003 yang lalu. Waktu itu untuk melepaskan kesuntukan karena tidak ada aktivitas, aku memutuskan untuk chatting di warnet di dekat kost. Aku masuk ke channel favoritku yaitu Bawel. Selang beberapa lama ada nick yang invite aku masuk ke channel dia. Dan aku pun masuk aja, cuek.. siapa takut. Ternyata setelah kami ngobrol beberapa lama, dia adalah seorang cewek kampus yang gaul banget. Dari pembicaraannya sepertinya dia bukan orang yang kuper. Namanya Fransiska, dan kuliah di PTS juga dan usianya pun sama denganku. Dia mengaku sedang ditinggal pacarnya dan dia masih merasa sedih. Aku berusaha menghiburnya, dan aku pun minta no teleponnya. Dan akhirnya kami saling tukar no telepon.

Esok harinya, aku bangun siang sekali karena kemarin aku chatting sampai jam 2 pagi. Tiba-tiba di kost-ku ada yang manggil, katanya ada telepon untukku. Aku juga bingung siapa yang menelepon, dan setelah kuangkat. Oh, rupanya Fransiska yang meneleponku. Hari itu sih hari minggu, dan kebetulan aku lagi tidak ada acara. Fransiska mengajakku untuk janjian bertemu dan aku pun menyanggupinya. Kami bertemu di Mall Ciputra, tepatnya di Pizza Hut. Rupanya di sana dia tidak sendirian, dia ditemani tantenya yang cantiknya aduhai dan teman satu kampusnya yang juga tidak kalah cakepnya. Ternyata Michelle ini cantik sekali, tingginya kira-kira 170 cm dan kutebak ukuran branya pasti 36B, sama seperti tantenya.

Kami pun berkenalan. Fransiska menyapaku, “Kenalin ini Tante gue.. Fitri dan ini temen gue Shintia..” Kami pun saling berjabat tangan dan terasa tangan mereka sungguh lembut. Setelah itu kami memesan pizza ukuran besar dan sambil menunggu aku terus menatap Fransiska, dan dia agak membungkuk sehingga aku bisa melihat belahan dadanya yang membuat kemaluanku mulai menegang ditambah lagi melihat pahanya yang mulus tanpa cacat juga bibirnya yang ranum dan merekah.

“Kamu lagi liburan kan Val?” tanya Tante Fitri.
“Iya nih.. lagi suntuk, abis gak ada yang bisa dikerjain waktu liburan.” jawabku sekenanya.
“Mmm, gimana kalau kita bertiga ngerjain kamu, kan katanya kamu gak ada kerjaan?” kata Shintia sambil tertawa menggoda.
“Iya nih, mau gak.. kita bermain-main sedikit?” sambung Fransiska.
“Ah kalian bisa aja, bukannya aku yang ngerjain kalian ntar?” godaku.
“Ihh.. kamu bisa aja deh..” bisik Tante Fitri.
“Ya udah, daripada banyak omong, gimana kalau malam ini kita nginap di hotel aja, tuch di seberang resepsionis hotel sudah nunggu kita tuch..” ajak Shintia.

Akhirnya kami sepakat untuk membooking kamar di Hotel Ciputra dan Tante Fitri yang bayar. Kami masuk ke kamar dan aku pun merebahkan badanku ke ranjang, untuk melepas lelah. Aku sempat memejamkan mata sesaat, dan tiba-tiba kurasakan ada yang mengelus-elus sekitar selangkanganku dan ternyata itu si Fransiska yang sudah tidak sabar lagi. Dipelorotkannya reitsleting-ku dan dia pun mulai membedah CD-ku yang isinya sudah membengkak karena adikku yang sudah tidak tahan lagi untuk menerobos. “Val, aku mau dong nyobain ngulumin pisang kamu yang cakep ini, boleh kan?” pinta Fransiska manja. Tanpa komando langsung dijilatnya ujung kepala kemaluanku. “Ahh.. nikmat sekali..” Belum sepuluh menit, tiba-tiba Tante Fitri sudah telanjang bulat dan mengarahkan kemaluannya ke wajahku. Dan tanpa ragu-ragu kujilat vaginanya yang masih cakep itu. Sementara itu Shintia yang dengan luwesnya setelah selesai mandi mulai naik ke ranjang juga dan meraih kedua bukit Tante Fitri yang sudah menegang putingnya itu karena terangsang oleh jilatanku pada area kewanitaannya.

“Ahh.. enak sekali rasanya bisa dikerjain mereka bertiga. Fransiska dan Tante Fitri dengan buah dada 36B, serta Shintia dengan buah dada 34D, sungguh membuatku tidak bisa berkata-kata selain, “Uh.. oh.. uh.. oh..” Aduh sungguh nikmat. Penisku yang panjangnya 16 cm ini rasanya sudah nikmat sekali dan panas sekali dihisap secara bergantian oleh mereka bertiga. Dan aku pun keluar setelah 20 menit, dikocok dan dijilat secara bergantian. Aku mengeluarkannya di mulut Fransiska yang mungil sedangkan Tante Fitri dan Shintia juga tidak ketinggalan membersihkan cairan spermaku yang cukup banyak ini. Setelah itu Tante fitri datang dan memijat penisku yang sudah mulai loyo hingga berdiri lagi. Ah, belum 2 menit adikku sudah naik lagi akibat pijatan lembut Tante fitri, sementara itu Shintia dan Fransiska bermain berdua, karena mereka ternyata lesbian dan juga biseks.

Tante Fitri kemudian memasukan penisku ke dalam lubang kemaluannya yang sudah penuh cairan cinta itu. Memang sih awalnya agak susah, dan rupanya meski sudah punya suami, Tante Fitri ini kemaluannya tetap sempit dan membuat adikku seolah dipijat dan diremas-remas oleh dinding kemaluannya yang kuat sekali. Sementara itu selang waktu 15 menit, Fransiska menghampiriku lagi dan menempatkan vaginanya di atas wajahku untuk dijilat. Dengan posisi berhadapan dengan Tante Fitri, Fransiska membantu menjilat puting susu Tante Fitri yang berwarna pink itu. Sementara itu Shintia juga tidak tinggal diam, diarahkannya jariku ke dalam lubang kemaluannya kemudian aku pun mulai tahu maksudnya. Kuobrak-abrik kemaluannya dengan kedua jariku, hingga Shintia menjerit-jerit keenakan.

Akhirnya 10 menit kemudian Tante Fitri berteriak, “Val.. oh.. enak Val.. Tante mau keluar nih..”
“Tunggu Tante aku juga mau keluar, aku keluarin di dalem aja yah? Abis masih ada Sis!! Siska sama Shintia sih, gak bisa bergerak nih..” erangku.
“Ya udah, keluarin di dalem aja.. ohh.. Tante keluar..” desah Tante Fitri.
Akhirnya kami pun keluar bersama-sama. Dan kemudian kami terus mencoba gaya lainnya lagi sampai kurang lebih sudah setengah dua pagi.

Keesokan harinya jam tujuh pagi aku terbangun dan ternyata mereka sudah membuatkan sarapan untukku. Wah tanpa pakaian mereka menyuapiku untuk sarapan dan minum susu. Tapi aku lebih tertarik pada susu mereka. Dengan nafsu mereka menyuapiku dalam keadaan telanjang. Serasa dunia ini seperti di sorga. Fransiska mulai menatapku penuh nafsu. “Val, aku pengen lagi nih, habis kemarin belum puas sih.. boleh gak?” tanya Fransiska. “Oh.. why not, my soul is your mine.. just do it..” balasku mesra. Akhirnya Fransiska mulai menjilati putingku sembari menciumku dan membelaiku. Aku sungguh merasakan kenikmatan dan kelembutan tangannya. Dan di adik kecilku sudah ada Tante Fitri dan Shintia yang tangannya bergerilya dengan penuh nafsu dan membuatku merem melek. Oh.. betapa indahnya dunia.

Kemudian Tante Fitri memijat adik kecilku dengan kedua bukit susunya yang sungguh menakjubkan. Aduh enak sekali dipijat dengan tetek ini rasanya. Aku tidak sanggup lagi untuk menahan semua gairahku. Sementara itu Fransiska juga tidak mau tinggal diam lagi. Segera diarahkannya vaginanya ke wajahku dan aku pun menjilat vaginanya yang sudah memerah itu. Dan mulailah suara desahan terdengar dan berpadu membentuk suatu paduan suara yang menggairahkan, birahiku semakin tinggi.

Setelah selang 15 menit aku mulai mencoba merubah posisiku dan Fransiska kubaringkan sementara Tante Fitri dan Shintia asyik bermain berduaan. Kutumpahkan susu sarapanku ke mulut vagina Fransiska dan kujilat-jilat vaginanya yang kini sudah menjadi rasa susu itu. Dan Fransiska pun mengerang keenakan, “Val, masukin dong.. aku udah basah nih.” Dan tanpa ragu-ragu lagi kuhujamkan dengan keras penisku yang 16 cm ini sedalam-dalamnya ke lubang keperawanan Fransiska yang merah merekah itu. Aku terus-menerus memompa tanpa henti meski tubuhku dan tubuh Fransiska sudah berkeringat semua. Suara desahan demi desahan terus saja keluar dan semakin menggelora semangat dan nafsuku di pagi itu. “Uh.. uh.. uh..” suara-suara itu terus mendesah dan keringat kami terus menetes membuat tubuh kami seperti berkilat keemasan ditimpa seberkas sinar matahari. Tante Fitri pun yang meski sudah cukup berumur tapi tetap saja bugar dan segar. Mungkin semakin tua semakin berpengalaman kali yah? Sedangkan Fransiska yang masih muda terus saja menampakkan semangat mudanya dengan jeritan-jeritan orgasme yang sungguh semakin membuatku merasa beruntung, sepertinya sekali mendayung 3 gunung kembar terlampaui. Aku benar-benar dibuat kecapekan. Sungguh liburan yang semula membuat bete menjadi liburan yang penuh kenangan.

Bagi para cewek, atau tante yang mau melampiaskan nafsunya hubungi saja aku via e-mail. Aku sangat senang bisa membantu kalian agar terpuaskan, mau mengalami seperti cerita tadi lewat permainan group juga kuterima. Mau 2 cowok dan 4 cewek juga tidak masalah. Aku sangat terobsesi sekali akan seks sejak pengalamanku. So, sekarang siapa yang selanjutnya mau mendapatkan pengalaman seks yang indah dan tak terlupakan bersamaku, jangan ragu-ragu hubungi e-mailku. Aku senang bisa memuaskan teman-teman cewek sekalian. Bagi yang belum berpengalaman, setelah kita bersama pasti akan menjadi suatu pengalaman yang mengesankan selama hidup. So tunggu apa lagi, kalau ada yang tertarik silakan hubungi aku via e-mail dan segera dapatkan pengalaman menarik bersamaku.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

Kisah Sex Ku Bersama Dita

Kisah Sex Ku Bersama Dita
Kisah Sex Ku Bersama Dita
Sekitar seminggu berlalu, tetapi aku belum juga kenal dengan cewek itu. Seminggu kemudian, saat aku sedang ngobrol dengan beberapa temanku, tiba-tiba dia menghampiri kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya dia duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?” katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih kayaknya.. bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Aldi.”
Dia juga ngejawab, “Dita Hartati, panggil aja Dita.”
Akhirnya kami berkenalan juga.

Setelah aku merasa akrab dengannya, pikiranku mulai kembali pada pikiran-pikiran kotorku lagi. Bahkan lebih parah, ingin bersetubuh dengan Dita. Setiap kali kulihat dada seksinya, batang kejantananku mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di belakangnya, Dita seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat rambutnya dan menaikkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang sexy, yang mungkin terlalu enak untuk dicium dan dikulum. Nafsuku yang sudah meledak suka ingin membuatku melepaskan celana dan onani di depan wajahnya. Aku juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani di kamar atau di kamar mandi. Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat batas, aku sering onani dengan bahan hanya menggunakan daya khayalku saja.

Yang membuatku bertambah nafsu, Dita gampang sekali dirangkul atau dipeluk cowok. Kupakai kesempatan ini dengan memeluk bagian pinggangnya, apalagi Dita malah menanggapinya dan membalasnya. Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan memakai rok panjang semata kaki. Begitu kulihat Dita, wuaih.. anggun sekali! Apalagi dengan tambahan belahan roknya yang hampir sedengkul. Ketika kebetulan dia duduk, kulihat pahanya yang ternyata tidak sehitam kulit bagian lainnya, melainkan lebih coklat muda, hampir putih. Batang kejantananku kembali terangsang. Sesampainya di rumah, aku melakukan onani lagi.

Lalu, inilah saat-saat yang mengejutkan. Setelah midtest semester dua, salah seorang temanku ingin main ke rumahku yang juga mengajak beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan orangtuaku sedang tidak ada di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas memburu adalah Dita ikut juga ke rumahku. Hari itu Dita memakai kemeja yang agak memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja dan berusaha menutupi nafsu birahiku. Tidak lama Dita ingin ke kamar mandi. Karena rumahku bertingkat, dan kamar mandi atas lagi rusak (airnya tidak jalan), kuantarkan Dita ke kamar mandi bawah (sementara teman-teman lainnya di atas main Play Station) sambil mencoba menstabilkan nafas yang memburu melambangkan orang penasaran.

Sejenak aku berpikir, “Terlalu nekat nih.. tapi, kapan lagi..?”
Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diriku. Aku pura-pura menjelaskan bagian-bagian kamar mandiku kepada Dita.
“Dit, ini showernya, ati-ati lho nyemprotnya kencang, trus WC-nya.. udah bisa kan..?”
Tidak lama kemudian kulakukan niat gilaku.
“Emm.. Dita..!” aku bertanya agak gemetaran sambil melihat tangga.
Dita menjawab, “Apaan sih..? Ada apa..?”
“Ehmm.. Gue.. boleh..,” Yayan langsung memotong, “Apaan sih..! Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Dita agak tertegun, “Hah..! Ee.. emm..”
Entah adrenalin dari mana yang datang, tiba-tiba kupegang pinggang kanannya sambil menarik Yayan ke pelukanku. Dita terlihat tidak berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja kucium perlahan bibir seksinya itu.

Awalnya bibir Dita hanya diam saja, terkadang agak membuka lebar. Namun setelah agak lama, Dita mulai memejamkan matanya dan langsung melingkari kedua tangannya di leherku, lalu membalas ciumanku ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Yayan juga mengulum lidahku dan agak digigit.
Aku mendengar desahan Dita, “Ehmm.. eehh.. mm..” mungkin karena menikmati kulumannya.
Lalu Dita yang mulai agresif, mendorongku ke tembok sambil membuka bajuku. Terpikir olehku, seperti di film saja. Setelah bajuku lepas, Dita melemparkannya ke lantai dan menjilati dadaku, lalu turun menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan, tetapi justru menambah kencangnya ereksi batang kemaluanku. Lalu kubalas lagi melucuti kemejanya. Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.

Sambil meneruskan ciuman mautku, kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-nya ke lantai dan mulai menghisapi buah dada Dita.
“Aghh.. ahhgghh.., Di.. aahh..!” Dita terlihat berkeringat dan mengeluarkan desahan.
Beruntung pintu kamar mandi sudah kututup rapat. Puting Dita kubasahi dengan ludah dan kujilati kembali. Dita juga sesekali menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku. Setelah lama bermain pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana dalamku. Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi batang kejantananku yang sudah berdiri tegang dan agak berurat. Dita tidak mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, tapi malah memainkannya dengan sedikit kocokan. Serentak dengan masuknya batang kejantananku ke mulut Dita, aku merasakan ada semacam getaran listrik di daerah pinggul dan selangkangan.

“Eghh.. Dit.. ehhgghh..!” aku juga mendesah karena enaknya hisapan Dita.
Sesekali Dita juga meludahi ujung batang kemaluanku dan menjilati pinggirnya. Akhirnya, kuajak Dita untuk melakukan persenggamaan.
“Ehh.. Dit.. gue masukkin yahh.. hh..!” sambil nafasku naik-turun.
Tanpa banyak bicara kecuali sedikit desahan, “Eughh.. ehh..” Dita langsung mendorongku ke dudukan WC, sehingga aku terduduk dan Dita duduk di pangkuanku setelah melucuti celananya.
Wajahnya menghadap ke arahku. Dita sendiri yang mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya.

“Esshhghh.. emmhh..!” Dita mendesah namun seperti tertahan.
Wajahnya terlihat agak merah. Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran denganku. Tidak ingin suaranya kedengeran. Akhirnya aku melakukan persetubuhan untuk pertama kalinya. Setelah Dita menusukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung batang kejantananku menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput daranya tertekan.
Batinku berkata, “Yess.. Dita masih perawan.”
Dita mencoba mengayunkan badannya ke atas dan bawah.

Kugoyangkan juga badanku ke atas dan ke bawah. Kurasakan selaput Dita sudah robek. Mungkin nanti akan terlihat noda darah. Goyangan Dita semakin kencang. Sekujur tubuhnya terlihat kucuran keringat. Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan badannya ke badanku. Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat Dita dengan batang kejantananku masih menancap, dan kutiduri Dita di lantai. Untung lantainya belum basah, jadi masih bersih. Kukangkangkan kedua kakinya, kutempelkan di pinggang dan kupegangi. Goyanganku kini maju mundur.

“Aghh.. aah.. Di.. a.. ayo.. Di..!” Dita kembali mendesah sambil memanggil namaku.
Kembali aku merasakan adrenalin aneh merasukiku. Biasanya senafsu-nafsunya aku onani, paling cepat hanya 5 menit. Karena di kamar mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir 10 menit sejak ciuman pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani pasti sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Dita ejakulasi duluan. Di sekujur batang kemaluanku kurasakan cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku masih berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa juga sudah ingin segera mencapai orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera kucabut batang kejantananku. Aku bermaksud untuk memuncratkan spermaku di wajahnya.

Sambil kudekatkan batang kemaluanku ke bibir Dita, kukocok sedikit lagi dengan telapak kananku yang sebagian dipenuhi oleh air mani Dita. Kemudian ketika mau keluar, Dita ikut memegangi batang kemaluanku.
“Crot.. crot..!” Spermaku membanjiri wajahnya.
Nampak seputar bibirnya dipenuhi sperma putih kental. Juga di pipinya, hidung, alis dan ada yang memuncrat hingga mengenai rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Dita.

“Aghh.. Di.. sperma loe banyak bangeetthh..!” Dita mencoba berbicara sambil masih mengocok batang kejantananku dan membersihkan wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Dit.. capek nih gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba bercanda.
Dita membalas, “Eughh.. ehh.. elo lagi.. kuat banget..!”
Akhirnya Dita membersihkan bekas sperma yang membasahi sekitar wajahnya dan berpakaian kembali. Aku sepakat dengan Dita untuk bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak lama naiknya, biar yang lainnya tidak pada curiga, dan Dita menjawab setuju dengan ciuman.

Setelah melakukan persetubuhan itu, Dita ke atas duluan, pura-pura tidak ada apa-apa. Begitu juga aku sehabis berbohong menelepon. dan setelah kejadian itu kami sering melakukan ny bila ad waktu luang, sampai sekarang kami masih melakukan hubungan sex hingga saat ini.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ