Wednesday, June 20, 2018

Kisah Sex Ku Bersama Dita

Kisah Sex Ku Bersama Dita
Kisah Sex Ku Bersama Dita
Sekitar seminggu berlalu, tetapi aku belum juga kenal dengan cewek itu. Seminggu kemudian, saat aku sedang ngobrol dengan beberapa temanku, tiba-tiba dia menghampiri kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya dia duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?” katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih kayaknya.. bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Aldi.”
Dia juga ngejawab, “Dita Hartati, panggil aja Dita.”
Akhirnya kami berkenalan juga.

Setelah aku merasa akrab dengannya, pikiranku mulai kembali pada pikiran-pikiran kotorku lagi. Bahkan lebih parah, ingin bersetubuh dengan Dita. Setiap kali kulihat dada seksinya, batang kejantananku mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di belakangnya, Dita seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat rambutnya dan menaikkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang sexy, yang mungkin terlalu enak untuk dicium dan dikulum. Nafsuku yang sudah meledak suka ingin membuatku melepaskan celana dan onani di depan wajahnya. Aku juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani di kamar atau di kamar mandi. Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat batas, aku sering onani dengan bahan hanya menggunakan daya khayalku saja.

Yang membuatku bertambah nafsu, Dita gampang sekali dirangkul atau dipeluk cowok. Kupakai kesempatan ini dengan memeluk bagian pinggangnya, apalagi Dita malah menanggapinya dan membalasnya. Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan memakai rok panjang semata kaki. Begitu kulihat Dita, wuaih.. anggun sekali! Apalagi dengan tambahan belahan roknya yang hampir sedengkul. Ketika kebetulan dia duduk, kulihat pahanya yang ternyata tidak sehitam kulit bagian lainnya, melainkan lebih coklat muda, hampir putih. Batang kejantananku kembali terangsang. Sesampainya di rumah, aku melakukan onani lagi.

Lalu, inilah saat-saat yang mengejutkan. Setelah midtest semester dua, salah seorang temanku ingin main ke rumahku yang juga mengajak beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan orangtuaku sedang tidak ada di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas memburu adalah Dita ikut juga ke rumahku. Hari itu Dita memakai kemeja yang agak memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja dan berusaha menutupi nafsu birahiku. Tidak lama Dita ingin ke kamar mandi. Karena rumahku bertingkat, dan kamar mandi atas lagi rusak (airnya tidak jalan), kuantarkan Dita ke kamar mandi bawah (sementara teman-teman lainnya di atas main Play Station) sambil mencoba menstabilkan nafas yang memburu melambangkan orang penasaran.

Sejenak aku berpikir, “Terlalu nekat nih.. tapi, kapan lagi..?”
Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diriku. Aku pura-pura menjelaskan bagian-bagian kamar mandiku kepada Dita.
“Dit, ini showernya, ati-ati lho nyemprotnya kencang, trus WC-nya.. udah bisa kan..?”
Tidak lama kemudian kulakukan niat gilaku.
“Emm.. Dita..!” aku bertanya agak gemetaran sambil melihat tangga.
Dita menjawab, “Apaan sih..? Ada apa..?”
“Ehmm.. Gue.. boleh..,” Yayan langsung memotong, “Apaan sih..! Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Dita agak tertegun, “Hah..! Ee.. emm..”
Entah adrenalin dari mana yang datang, tiba-tiba kupegang pinggang kanannya sambil menarik Yayan ke pelukanku. Dita terlihat tidak berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja kucium perlahan bibir seksinya itu.

Awalnya bibir Dita hanya diam saja, terkadang agak membuka lebar. Namun setelah agak lama, Dita mulai memejamkan matanya dan langsung melingkari kedua tangannya di leherku, lalu membalas ciumanku ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Yayan juga mengulum lidahku dan agak digigit.
Aku mendengar desahan Dita, “Ehmm.. eehh.. mm..” mungkin karena menikmati kulumannya.
Lalu Dita yang mulai agresif, mendorongku ke tembok sambil membuka bajuku. Terpikir olehku, seperti di film saja. Setelah bajuku lepas, Dita melemparkannya ke lantai dan menjilati dadaku, lalu turun menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan, tetapi justru menambah kencangnya ereksi batang kemaluanku. Lalu kubalas lagi melucuti kemejanya. Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.

Sambil meneruskan ciuman mautku, kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-nya ke lantai dan mulai menghisapi buah dada Dita.
“Aghh.. ahhgghh.., Di.. aahh..!” Dita terlihat berkeringat dan mengeluarkan desahan.
Beruntung pintu kamar mandi sudah kututup rapat. Puting Dita kubasahi dengan ludah dan kujilati kembali. Dita juga sesekali menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku. Setelah lama bermain pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana dalamku. Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi batang kejantananku yang sudah berdiri tegang dan agak berurat. Dita tidak mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, tapi malah memainkannya dengan sedikit kocokan. Serentak dengan masuknya batang kejantananku ke mulut Dita, aku merasakan ada semacam getaran listrik di daerah pinggul dan selangkangan.

“Eghh.. Dit.. ehhgghh..!” aku juga mendesah karena enaknya hisapan Dita.
Sesekali Dita juga meludahi ujung batang kemaluanku dan menjilati pinggirnya. Akhirnya, kuajak Dita untuk melakukan persenggamaan.
“Ehh.. Dit.. gue masukkin yahh.. hh..!” sambil nafasku naik-turun.
Tanpa banyak bicara kecuali sedikit desahan, “Eughh.. ehh..” Dita langsung mendorongku ke dudukan WC, sehingga aku terduduk dan Dita duduk di pangkuanku setelah melucuti celananya.
Wajahnya menghadap ke arahku. Dita sendiri yang mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya.

“Esshhghh.. emmhh..!” Dita mendesah namun seperti tertahan.
Wajahnya terlihat agak merah. Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran denganku. Tidak ingin suaranya kedengeran. Akhirnya aku melakukan persetubuhan untuk pertama kalinya. Setelah Dita menusukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung batang kejantananku menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput daranya tertekan.
Batinku berkata, “Yess.. Dita masih perawan.”
Dita mencoba mengayunkan badannya ke atas dan bawah.

Kugoyangkan juga badanku ke atas dan ke bawah. Kurasakan selaput Dita sudah robek. Mungkin nanti akan terlihat noda darah. Goyangan Dita semakin kencang. Sekujur tubuhnya terlihat kucuran keringat. Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan badannya ke badanku. Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat Dita dengan batang kejantananku masih menancap, dan kutiduri Dita di lantai. Untung lantainya belum basah, jadi masih bersih. Kukangkangkan kedua kakinya, kutempelkan di pinggang dan kupegangi. Goyanganku kini maju mundur.

“Aghh.. aah.. Di.. a.. ayo.. Di..!” Dita kembali mendesah sambil memanggil namaku.
Kembali aku merasakan adrenalin aneh merasukiku. Biasanya senafsu-nafsunya aku onani, paling cepat hanya 5 menit. Karena di kamar mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir 10 menit sejak ciuman pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani pasti sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Dita ejakulasi duluan. Di sekujur batang kemaluanku kurasakan cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku masih berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa juga sudah ingin segera mencapai orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera kucabut batang kejantananku. Aku bermaksud untuk memuncratkan spermaku di wajahnya.

Sambil kudekatkan batang kemaluanku ke bibir Dita, kukocok sedikit lagi dengan telapak kananku yang sebagian dipenuhi oleh air mani Dita. Kemudian ketika mau keluar, Dita ikut memegangi batang kemaluanku.
“Crot.. crot..!” Spermaku membanjiri wajahnya.
Nampak seputar bibirnya dipenuhi sperma putih kental. Juga di pipinya, hidung, alis dan ada yang memuncrat hingga mengenai rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Dita.

“Aghh.. Di.. sperma loe banyak bangeetthh..!” Dita mencoba berbicara sambil masih mengocok batang kejantananku dan membersihkan wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Dit.. capek nih gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba bercanda.
Dita membalas, “Eughh.. ehh.. elo lagi.. kuat banget..!”
Akhirnya Dita membersihkan bekas sperma yang membasahi sekitar wajahnya dan berpakaian kembali. Aku sepakat dengan Dita untuk bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak lama naiknya, biar yang lainnya tidak pada curiga, dan Dita menjawab setuju dengan ciuman.

Setelah melakukan persetubuhan itu, Dita ke atas duluan, pura-pura tidak ada apa-apa. Begitu juga aku sehabis berbohong menelepon. dan setelah kejadian itu kami sering melakukan ny bila ad waktu luang, sampai sekarang kami masih melakukan hubungan sex hingga saat ini.
AGEN POKER ONLINE AGEN DOMINO99 ONLINE AGEN BANDARQ
Agen BandarQ

No comments:

Post a Comment